Sabtu, 25 Juli 2015

Saat Study Wisata di Tanjung Bira, Bulukumba-Sulawesi Selatan


Kali ini saya mau post pengalaman waktu di Bira saat melakukan kegiatan Study wisata yang letaknya berada di sebelah timur Indonesia tepatnya Provinsi Sulawesi Selatan, Kabupaten Bulukumba.

 

Baiklah saya jelaskan dulu deskripsi tentang pantai ini. Pantai ini sangat terkenal dengan hamparan pasirnya yang berwarna putih juga halus, panorama pantai ini juga terlihat dari gradiasi tiga warna lautnya yang menarik. selain itu fasilitas pantai ini cukup lengkap dimana tersedia fasilitas penginapan bagi pengunjung yang ingin menghabiskan waktu beberapa hari dan letaknya juga tidak jauh dari pantai. selanjutnya kita bisa menikmati keindahan bawah lautnya, cocoklah bagi pecinta travelling soalnya di pantai ini di sediakan sarana snorcling dan diving. jika sempat kita juga bisa berkunjung ke penangkaran Penyu yang berada di Pulau Liukang. 
tidak hanya itu, kita juga dapat menikmati keseruan bermain Banana Boat dan berburu souvenir khas Bira yang dijual di pinggir pantai dengan bahan bakunya terbuat dari kerang. seperti kalung, gelang, tempat tisu, dan berbagai pernak-pernik lainnya.  

Nahh saat melakukan study wisata disana, banyak hal menarik yang saya dapatkan dan bukan soal  keindahannya saja atau pun pantai ini cocok untuk liburan/refresing tetapi menyangkut tentang pelajaran atau lebih tepatnya juga cocok sebagai sarana edukasi. mengapa saya mengatakan itu ?
karena disini kita bisa banyak belajar dengan berbagai fenomena unik dari pantai ini, misalkan saja kita berpikiran kenapa pasir di pantai ini berwarna putih dan halus ? pasti kita akan mencari beberapa informasi mengenai hal itu untuk menjawab pertanyaan kita. secara tidak langsung kita belajar dan memperoleh jawaban karena disebabkan oleh pelapukan batuan kapur sehingga menghasilkan pasir yang berwarna putih dan halus. contoh lain di pantai ini juga terkenal dengan hamparan batuan karang yang bentuknya begitu unik. Kenapa ? pasti kita akan menggali seputar informasi tentang itu, nah ini bisa kita lakukan dengan melakukan observasi langsung dan melihat secara langsung apa yang sebenarnya terjadi, mengapa bisa seperti itu dan dari situ akhirnya kita dapat mengetahui bahwa pembentukan batuan karang yang unik itu dikarenakan terjadinya pengikisan air laut dimana ombak yang terhempas  mengikis secara perlahan karang-karang yang berada di bibir pantai.

Masih seputar edukasi, selain bebrapa ulasan terrsebut ternyata kita juga bisa melakukan study wisata, seperti yang saya lakukan dan beberapa rombongan dari sekolah kami. disana kita melakukan observasi langsung yang menyangkut materi pembelajaran di sekolah atau kata lain adalah bentuk pengaplikasian dari materi yang kita pelajari. Contohnya saja dengan pengaplikasian materi Negosiasi yang dapat kita lakukan disana dengan cara melakukan negosiasi antara kita (sebagai pembeli) dan si penjual barang souvenir yang kemudian kita jadikan sebagai laporan penelitian hasil observasi. itu merupakan contoh dari study wisata saya waktu berkunjung kesana untuk yang pertama kali. nahh baru-baru ini, sekitar beberapa bula yang lalu saya kembali berkunjung kesana dengan tujuan yang sama melakukan study wisata namun dengan objek uang berbeda yaitu, lebih kepada kehidupan masyarakatnya yang sangat bergantung pada  keberadaan pantai ini. seperti kehidupan ekonomis dan sosialnya.

 tidak hanya itu saya dan beberapa rombongan lainnya juga diwajibkan  melakukan penelitian dalam bidang study geografi yang menyangkut mengenai pelapukam dan pengikisan/erosi. tentunya melakukan ini tidak mudah karena kita harus menggali informasi lebih detail dan merangkumnya menjadi lebaran-lebaran laporan yang nantinya harus dipertanggung awabkan dengan kata lain dipresentasikan dengan sebaik-baiknya. ini merupakan pelajaran paling berharga yang bisa kita ambil, karena kita belajar mencari informasi sendiri, menyusnnya, menyuntingnya hingga akhirnya bisa berbentuk laporan. hal yang paling mengesankan bagi kita siswa SMA yang baru menginjak bangku kelas satu, menjadikan pengalaman seperti ini berharga untuk kedepannya bisa dikembangkan lagi dalam melatih potensi kita  memnyusun sebuah laporan. 

Balik lagi soal keindahan pantai ini, pengalaman unik lagi yang saya dapatkan saat berada disana yakni sempat melihat keindahan terumbu karangnya dengan melakukan snorkling. sungguh merupakan pengalaman yang mengesankan. ditambah lagi bukan hanya saya sendiri yang menikmatinya tetapi beberapa teman juga ikut melihat keindahan yang Tuhan ciptakan. 
sungguh sangat menakjubkan.

Okk, mungkin itu pengalamn yang paling berkesan bagi saya saat melakukan study wisata di kota tempat saya dilahirkan. So jadikan setiap momen dalam hidupmu sebagai pelajaran karena semua hal yang kita lakukan mengajari kita tentang berbagai hal. 

Diantara Pelangi

Dua minggu kemudian….

Paparan sinar matahari menggerakkan tubuh Ayu untuk bangkit dan memulai hari pertama sekolah disemester pertama kelas XII. Semangat baru terpancar dari raut wajahnya. Pikirannya terfokus pada wajah-wajah temannya, begitu konyol, kompak dan paling bisa membuatnya tersenyum. Apalagi Iyan, mengingat namanya saja sudah terbayangkan di otak Ayu. selagi Ayu masih sempat bertemu dengan  temannya tidak ada hal yang paling menyenangkan selain itu semua. Libur panjang cukup membuatnya bosan menjalani aktifitas sendiri dan menghabiskan waktu di rumah, mengingat Iyan menikmati liburannya di luar kota kian menambah kesepian di masa-masa libur sekolah sedangkan Ika bagaikan hilang ditelan bumi dan mungkin lagi menikmati liburannya bersama Hendra secara mereka tetanggaan.

“Ayu udah siap, mau Mbak antar ke Sekolah ?” kata Mbak Rena tiba-tiba muncul dan membuka pintu kamar Ayu.

Ayu menoleh kearah Pintu.“Oww, Nggak usah Mbak aku sendiri aja.” Kata Ayu merapikan dasinya. “Bukannya Mbak ada kuliah pagi nanti telat keburu macet. Lagian aku belum selesai.”

“Oww gitu, trus kamu mau naik apa ?”

 “Hmm tenag aja Mbak, aku naik Roket kok jadi cepat nyampenya..” kata Ayu cengengesan.

Mbak Rena tampak mati kutu melihat adik satu-satunya mulai bertingkah Aneh dan memulai menerapkan dunia khayalnya. “Ya.. ampun Ayu, baru pagi udah datang tuh penyakit. kalo gitu Mbak duluan yah nanti nuler..” kata Mbak Rena sembari menutup pintu kamar Ayu.   

Sekitar lima menit Ayu pun selesai dan bersiap untuk berangkat, tiba-tiba terdengar deringan dari arah sakunya. Nampaknya Panggilan masuk Iyan sedari tadi menghubunginya, sekitaran dua puluh panggilan tidak dijawabnya dan semuanya merupakan panggilan masuk Iyan.

“Iya ada apa ?” kata Ayu sebal

“Lu sakit atau ngambek sama gua sih ? gitu amat”  Tanya Iyan Heran.

“Pikir aja sendiri, baru inget sama gua, baru kasih kabar. Beberapa hari lalu kemana aja. Oww apa  lu baru inget sama temen lu..” kata Ayu dengan  suara agak meninggi.

“Yaahh Maaflah, nggak sempet ngasih tau lu.. maafin yah.”

“gua pikir-pikir dulu..” kata Ayu kemudian memutuskan Telepone.

“Hmm kebiasaan tuh anak kalo ngambek pasti kaya gini. Mana susah banget dibujuknya, perlu jurus seribu bayangan kaya naruto biar balik lagi normal” kata Iyan menghela napas panjang.


****

“Ayu, tunggu..” teriak seseorang dari belakang.

“Pasti nih Iyan.. Hmm menyebalkan” kata Ayu dalam hati  tak mengehntikan langkahnya dan terus berjalan.

“Ayu…” teriakan seseorang itu masih terdengar hingga menarik pundak Ayu.

“Ada apa sih Iyan, gua nggak mau bicara sama lu.” kata Ayu menoleh kearah belakang dengan raut muka memerah

“Iyan ? lu nggak salah liat.. gua Rio” kata Rio heran

“Oww lu, gua kira Iyan..”

“Lu ada masalah yah sama Iyan ?”

“Hmm nggak, gua duluan yah..” kata Ayu singkat berlalu meninggalkan Rio.

“Aneh gak kayak biasanya..” kata Rio dalam hati, berjalan menuju ruang seni.

Di jalan Rio bertemu beberpa adik kelas yang memanggilnya dengan sebutan “Pangeran Lukis” tak sedikitpun dipedulikan, banyak dari mereka menganggap Rio sebagai kakak kelas yang dingin dan cuek. Menyapanya saja belum tentu dibalas apalagi hanya sebuah sorakan atau tatapan mata saja sudah pasti tak dihiraukan. Namun bagi mereka Rio merupakan kakak kelas yang patut untuk dikagumi, bukan hanya soal akademiknya tapi ketampanannya sepadan dengan prestasi dimilikinya.

Bagi Rio semua yang dimilikinya bukan malah membuatnya sombong, namun itulah dia. Sosok dingin, cuek dan tak pedulin walaupun nggak dikatakan egois. Rio tak menyalahkan keadaannya sekarang, begitu banyak orang yang mengagumi hampir sebagian dari mereka membuat Rio risih. Sebenarnya Rio tak mengharapkan itu semua. Sebuah senyuman manis setiap dirinya lewat dan merasa diistimewakan. padahal yang dia inginkan perlakuan biasa seprti temannya yang lain. Mungkin itu salah satu alasan mengapa dirinya begitu cuek dengan semua perlakuan istimewa yang diberikannya. Tidak salah orang menyebutnya seperti itu, tapi untuk orang yang  akrab dengan Rio menganggapnya tak seperti orang banyak. Di balik sosok Rio yang dingin, dia sangat setia kawan, tepat waktu meskipun terkadang ngeselin banget.

“Pangeran Lukis liat Ayu nggak ?” kata Iyan tiba-tiba muncul di sebelah kanan Rio menirukan tingkah laku penggemar labil Rio, siapa lagi kalo bukan adik-adik kelas mereka.  

Rio menoleh. “Hmm lu Iyan gua kirain siapa..” kata Rio sedikit kaget. “Tadi gua liat sih malahan sempat ngobrol. Lu ada masalah yah sama dia ?” 

“Yahh biasalah, lagi ngambek soalnya liburan  kemarin gua nggak ngasih tau kalo gua lagi di Yogya. Apalagi mungkin dia ngerasa sendiri, baru kali ini gua liburan gak barengan, makanya kayak gitu.” Kata Iyan sambil melangkah kecil.

“Pantesan tuh anak mukanya kaya monster. Tapi kalo gua jadi dia sih mungkin lebih ganas yah..” kata Rio mengikuti  langkahan kaki Iyan.

“Mungkin, kan lu Pangeran Lukis. Kalo ngambek nggak bisa ditebak, kadang cuek bahkan  kadang dingin banget kaya es.” kata Iyan memulai pembicaraan sedikit konyol

Rio tertawa. “Hahah, lu bisa aja..” kata Rio melirik kearah Iyan. “Emang gua kayak gitu orangnya ?”

Iyan ikut tertawa. “Hahaha emang lu baru nyadar..” kata Iyan berlari meninggalkan Rio menuju kelas. “Dasar.. Pangeran Lukis..”

“Awas yah lu Iyan ngatain gua…” kata Rio menyusul Iyan yang berlari meninggalkannya.


****

Jam pelajaran telah di mulai, semua siswa nampak mengelurkan seluruh kelengkapan belajarnya seperti alat tulis dan sebagainya. Ayu nampak mengeluarkan beberapa buku dan selembar kertas. Diambilnya selembar kertas itu lalu ditulisnya beberapa kata “Cinta Kolom Meja” Inspirasi judul untuk Naskah Novelnya yang akan dikirim ke Penerbit. Jam pelajaran Sejarah yang di bawakan oleh Ibu Rika ­­­­­tak sedikit pun diperhaikanya, Ayu lebih memilih untuk meyusun rangkaian bab dalam novelnya. Entah mengapa hari itu konsentrasinya untuk belajar Sejarah tidak memenuhi standar moodnya seperti biasa. Mengingat pelajaran Sejarah merupakan pelajaran favoritenya.

Dua jam telah berlalu, jam pelajaran Ibu Rika diakhiri dengan memberikan beberapa pekerjaan Rumah kian menambah kehebohan dalam kelas. tugas yang diberikan tak seperti biasanya, tugas kelompok menjadi metode baru  diterapkan untuk anak kelas tiga. Hal buruk bagi sebagian anak kelas tiga, sebuah metode jebakan yang mengandalkan kerja tim namun pada akhirnya hanya mengandalkan satu pihak saja dalam menyusun sebuah bahan untuk presentasi.

“Ok, kalo begitu Ibu tinggal, tugasnya bisa dikumpul minggu depan.” Kata Ibu Rika lalu bergegas meninggalkan ruangan kelas.

“Ehh Ayu ..” terdengar suara dari arah belakang bangku Ayu, tak sedikitpun membuat Ayu menoleh ke belakang hingga sebuah dentingan pulpen mengarah ke kepalanya.

Ayu akhirnya menoleh.“Sakit tau, ada apa sih..” kata Ayu dengan raut wajah sedikit jengkel karena konsentrasinya untuk menulis menjadi buyar.

“Lu sih dari tadi dipanggil nggak nengok, makanya gua pake metode baru buat panggil lu..” kata Ika cengengesan

“Sudah ceritanya ?” kata Ayu datar tanpa ekspresi

 “Lu kenapa sih ? lu marah sama gua.” kata Ika heran. “atau mungkin lu masih kesal soal omongan gua ditelepone” sambung Ika

Ayu tanpa ekspresi tak menjawab perkataan sahabatnya, hanya memperbaiki posisi duduknya seperti semula dan mengarahkan pandangannya pada lembaran kertas yang berada diatas meja. Diambilnya kertas itu lalu bergegas pergi meninggalkan ruangan kelas, tanpa menegok kearah Ika. 

Jam pelajaran kosong cukup membuat Ayu merasa lega, setidaknya ia bisa ke perpustakaan untuk lebih konsentrasi dalam pembuatan outline novelnya. Hari dimana moodnya cukup baik untuk menulis namun berbanding terbalik dengan moodnya untuk bergabung bersama Ika, Iyan dan yang lain.  

****

Mata  Ayu mulai tertuju pada salah satu ruangan yang lumayan luas dengan deretan buku. Terlihat dari ujung kanan hingga ujung kiri yang tertata rapi dalam satu rak. Setiap raknya berisi berbagai jenis buku baik fiksi maupun nonfiksi yang tersusun berdasarkan tahunnya. Nampak begitu sunyi mengingat jam pelajaran berlangsung dan hanya sebagian siswa yang berada diantara bangku panjang yang terdapat disamping kanan rak buku.

Diletakkannya lembaran kertas yang ditulisnya, menambah innspirasi Ayu untuk mengambil beberapa buku di rak sastra berisi tentang berbagai macam kaidah penulisan dalam bahasa Indonesia. Tak lupa novel favoritenya juga aada diantara buku yang terletak diantara lembaran kertas di atas meja. Setiap bab dalam ceritanya terselipkan beberapa pengalaman pribadinya, saat dimana ia merasa sedih maupun senang.

Dua jam telah berlalu, setidaknya ia masih tetap fokus. Tak ada kata lelah dan letih untuk sebuah impian yang sedari dulu diimpikan dan tak ada kata menyerah untuk setiap tantangan yang menghadang. Bagi Ayu sebuah impian tak hanya diimpikan tapi diwujudkan.

Saat mengambil buku selanjutnya, Ayu nampak bingung. Buku yang dilihatnya sebelum libur semester masih ada. Sebuah buku sederhana diantara deretan buku tahun 90-an masih terpajang dan mengharuskan Ayu untuk mencarinya dari rak atas hingga rak bawah belum juga ia dapatkan. 

“Lu cari ini ?” terdengar suara diantara sela-sela buku, menyodorkan buku yang nampak usang masih berbalutkan plastic pada halaman depan.

Ayu nampak heran. “Lohh kok…” mengambil buku yang disodorkan Rio. “Lu juga baca ini ?”

Rio tersenyum. “Yahh begitulah, buku Badai Pasti Berlalu karya Marga.T yang diterbitkan tahun 90-an. Menceritakan kisah cinta segitiga bernuansa romantic dan diperankan oleh Leo, Siska, dan Helmi. Sempat diangkat menjadi film layar lebar juga memenangkan berbagai ajang penghargaan, seperti festival ffilm Indonesia dan piala Citra. Iya kan ?”

Ayu terkesan mendengar penjelasan Rio barusan. Ia tak menduga bahwa Rio akan tahu tentang itu., terlebih yang ia tahu Rio menyukai dunia seni bukan dunia sastra. tapi setelah ia pikir-pikir juga ada kaitannya. Dunia perfilman menyangkut dunia seni. Namun tetap aja aneh bagi Ayu.

“Ha’ iya, lu kok bisa tahu.. ?”

“Iya taulah, gua suka sama ceritanya. Meskipun ceritanya sedikit dewasa. Selain itu gua juga kagum sama Marga.T sosok yang menginspirasi para penulis mengikuti jejaknya.” Kata Rio dengan asyik bercerita.

“Jangan bilang lu juga udah baca buku marga.T yang berjudul Matahari Tengah Malam ?”

“Kalo iya kenapa ? ceritanya menarik seperti judulnya Matahari tengah Malam atau biasa disebut Midnight sun, ternyata merupakan fenomena yang benar terjadi pada musim panas di daerah kutub utara. Seperti yang terjadi di Norwegia dalam buku itu dijelaskan bukan!

“Oww lu kok banyak tahu soal itu, aneh tau seorang Rio yang dikenal sebagai Pangeran lukis oleh adik kelas ternyata juga tahu tentang dunia sastra.”

“Mulai lagi, emang ada yang salah ? nggak kan?” kata Rio duduk persis dihadapan Ayu.

“Salah sih nggak, cuman aneh aja.” Kata Ayu mengangkat bahu. “Mungkin yang berbau tentang lu semuanya aneh yah. Entah itu sikap lu, kadang dingin kadang sok akrab gitu. Bahkan bahan bacaan lu tahun 90-an yang mungkin bagi orang lain terkesan kuno.” Sambung Ayu.

“Tapi gua rasa hidup gua nggak aneh, biasa aja sama kayak lu.” Kata Rio mengarahkan pandangannya kearah Ayu. “Justru yang gua rasa aneh itu lu Ayu.” Sambung Rio

“Kok gua sih, lu tuh yang aneh..” kata ayu memalingkan tatapan mata Rio.

“Lu tuh beda dari cewek kebanyakan, bedahnya yah jauh banget. Kalo setau gua sih cewek seumuran lu biasanya suka dunia fashion entah itu suka baca majalahnya atau apalah, bukan buku tahun 90-an.” kata Rio masih dengan tatapan mengarah ke Ayu.

“Ahh lu biasa aja. Yahh masih ada yang jauh lebih penting kali buat dibaca ketimbang harus bolak-balikin setiap halaman gak jelas trus ngomong gua pesan ini yah, kayaknya keren deh. Cocok buat gua. Kan nggak banget.”  Kata Ayu berusaha mencairkan suasana dalam menahan tatapan Rio yang semakin tajam.

Rio tertawa. “Haha lu jago juga yah ngelawak plus ngeles, bilang aja kalo lu nggak punya majalah cewek.” kata Rio asal ngomong. “Ehh gua hampir lupa, lu kapan ada waktu luang.

“Ihhh lu ngeselin banget sih” kata Ayu memanyunkan bibirnya. “ gua nggak ada waktu, lagi sibuk banget. Kenapa ?”

“Hehe sorry bercanda kok, jadi kapan dong bisa kerja bareng soalnya minggu depan udah mau di kumpul nih..”

“Kumpul apaan ? kerja bareng ? apaan sih, gua nggak ngerti”

“Astaga Ayu lu nggak denger yah Bu Rika nyerocos apaan tadi di kelas..” kata Rio menepuk dahinya

“Denger, dia beri kita tugas laporankan.. Ehh tapi tunggu dulu, maksud lu kita satu kelompok ?”

“Iya bareng Ika juga Iyan”

“Oww sama dua makhluk astral itu..” kata Ayu dengan malas

“Jadi kapan bisanya ?” kata Rio memastikan meskipun Rio bisa menangkap katidaksukaan Ayu satu kelompok dengan Ika dan Iyan.

“Terserah lu aja deh..” kata Ika merapikan bukunya dan berlalu meninggalkan Rio


****
Sepulang sekolah Ayu langsung merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur, akhir-akhir ini ia terlalu sibuk mengerjakan nasskahnya sampe-sampe hubungannya dengan Iyan dan Ika tak begitu bersahaja apalagi minggu ini moodnya kacau, mungkin pengaruh bawaan bulanan. 

Pukul empat sore terdengar bunyi ponsel Ayu, ternyata sebuah Messeage dari Rio yang menyuruhnya ke taman belakang sekolah. Ayu segera bangkit dari tempat tidur dan bergegas untuk  kesana. Melihat pesan dari Rio nampaknya begitu penting dan menyuruhnya secepat mungkin untuk kesaana

Sesampainya disana Ayu merasa aneh, tak ada seorang pun disana. Apa Rio sedang ngerjaiinnya, setaunya Rio bukan tipe orang seperti itu. Dia lebih tepatnya orang yang nggak suka ngerjain orang bahkan nggak pernah meskipun cukup nyebelin dan dingin.

“Apa sih nih maksud Rio, suruh gua kesini trus dianya nggak ada, bahkan nggak ada seorang pun disini. awas aja kalo dia ngerjain gua..” kata Ayu setengah ngedumel

“Ehh lu udah datang.” kata Rio dari arah belakang.

“Hmm, emangnya lu ngapain nyuruh gua kesini ?”

“Hmm, Apaa yahh….”

Tiba-tiba dari arah belakang terlihat dua orang menghapiri mereka berdua membawa sebuah kue lebih tepatnya cup cake yang diatasnya bertuliskan kata “Maaf” membuat Ayu merasa heran melihat kedua orang itu, ternyata itu Iyan dan Ika. Seketika Ayu merasa bersalah melihat keduanya dan merasa terharu, segitu berharga dirinya untuk kedua orang itu. Sampai-sampai demi baikan saja mereka berdua harus ngelakuin itu.

“Maafin gua yah Ayu, nggak ngasih tahu lu…” kata Iyan.

“Gua juga Ayu, buat lu badmood banget hari ini..” Sambung Ika

Tanpa menjawab sepatah katah pun, Ayu langsung memeluk kedua sahabatnya itu. Rio yang melihat semuanya juga merasa bahagia begitu berharganya pertemanan mereka, dan dirinya baru sadar ternyata mungkin inilah yang dinamakan Arti sebuah pertemanan. Jujur saja melihat mereka bertiga membuat Rio merasa iri, bahkan dirinya saja tak mempunyai teman seperti itu meskipun dirinya memiliki segalanya tapi tidak dengan teman yang tulus.

“Maafin gua juga yah, terlalu egois banget. Lu memang adalah teman paling berharga yang gua milikin.” Kata Ayu mesih memeluk kedua sahabatnya itu.

“Iya Ayu, kita berdua sayang lu kok.” kata Ika



******

Sabtu, 11 Juli 2015

Mendaki Bukit

 Baiklah nggak tau mau post pengalaman apa, jadi post pengalaman saya aja waktu mendaki Bukit. 

Okk!!!

Perjalanan saya saat mendaki bukit pasti didukung oleh teman-teman saya terlebih mereka semua yang mengajak untuk menelusuri bukit dan berpetualang. Usul Iss untuk mendaki, membuat kita semua berminat untuk ikut. menghabiskan satu hari full berpetualang, bebas tanpa batas. sebuah kesenangan dan kebersamaan yang tak terbayarkan. 

Awalnya sih mendengar usul Iss teman sekelas saya membuat saya tak begitu yakin. Kenapa ? pastinya masih takut minta izin pada orang tua. takut nggak di izinkan untuk pergi. Namun mendengar celotehan Iss dan yang lainnya, akhirnya saya  berniat untuk Ikut.

Nah, saat minta izin ke orang tua masih rada takut sih tapi tanpa pikir panjang coba buat jelasin semuanya. awalnya sih dilarang, tapi setelah di bujuk dengan jurus jitu akhirnya di izinkan juga tapi harus denger  ceramah panjang dulu sebelum kata "Iya, kamu boleh pergi asal jaga diri baik-baik" 

Minta izin ke orang tua udah, kepastian teman-teman yang ikut juga udah, yahh tinggal pergi doang. pukul delapan lewat saya dan teman yang lain udah nongkrongin rumah Iss, tempat janjian buat kumpul bareng gitu atau boleh lah tempat star sebelum mendaki. Lahh beberapa menit teriak kaya orang gila, Iss nya baru nongol dan yang buat mood saya tiba-tiba berubah ketika Iss hanya ngomong "Ohh, udah dateng" . "Iyalah udah dateng, kan kesepakatan kemarin malam kan jam delapan, karet banget. mana dia belum siap-siap masih pasang muka bantal, ternyata baru bangun tidur. Ampunn dah.. . -_-

Berhubung bukan hanya Iss yang belum siap dan masih ada yang lain yahh harus setia untuk nunggu. Oh iya yang ikut mendaki cuman beberapa orang sih, sekitaran lima orang lebih dan kesemuanya teman kelas. Saya, Nida, Time, Yayat, Hendra, Aswad, dan yang terakhir Iss. dikit sih meski nggak semua yang ikut :( tapi tetap seru :).

Semuanya udah lengkap, tinggal Time dan aswad aja yang nggak ikut untuk berangkat soalnya udah nungguin di sana, berhubung rumah mereka nggak jauh dari situ jadi dia nunggu kita semua. 
tahap pertama pendakian. haha ...tahap ? kaya buat procedur teks aja. maksudnya awal pendakian.

Pastinya sebelum mendaki kita samperin kedua orang itu Aswad dan Time. kenapa kita samperin ?Lahh  karena dia diperuntukann sebagai petunjuk arah, kalo nggak ada dia bisa-bisa rencana buat naik ke puncak bukit nggak akan terwujud. Baiklah terlepas dari itu semua, langkah awal yang kita lakuin pastinya Berdoa memohon kemudahan " Semoga kita semua bisa sampai di puncak bukit"

langkah-demi langkah menghantarkan kita semua sampai di post pertama bukit, tanjakan belum begitu terasa tapi cukup menguras keringat karena jalanan lumayan becek karena hujan yang turun semalam ditambah lagi hari itu cuaca kurang mendukung, dengan jatuhnya gerimis yang membasahi dedaunan yang hijau namun tidak mematahkan semangat kita semua untuk tetap naik ke puncak. di post pertama inilah kita sejenak beristirahat dan mengisi kerongkongan yang kering.

kurang lebih sepuluh menit, kita semua melanjutkan perjalanan untuk mendaki. berhubung hari itu ada yang baru jadian, nuansanya terkesan romantic gitu.. walahh.. imbasnya sampai ke yang lain juga jadinya ngerasa bahagia sendiri. Hahaha :D

Teriakan Ciee terlontar dari mulut ke mulut buat pasangan yang baru jadian membuat suasana begitu heboh, candaan dan ejekan yang terlontar menambah keakraban kita semua,  menyatu dan seakan bukit  itulah  yang menjadi saksi kebersamaan kita semua. 

perjalanan menuju post kedua mulai melelahkan, tanjakan demi tanjakan harus dilewati terlebih tekstur tanah becek, membuat tidak banyak dari kita harus sesekali terpeleset. sepatu yang tadinya bersih kini harus belumuran lumpur. setelah melewati itu semua akhirnya sampailah kita di post kedua. pemandangannya cukup keren, kita semua menikmati keindahan kota Bulukumba dan saya mengabadikan momen itu. meskipun belum sampai puncak sih tapi berada di post kedua ini seakan kita telah berdiri di atas puncak .

di post ini kita lumayan lama beristirahat selain pemandangan begitu jelas telihat oleh mata, kita semua  memilih untuk mengisi perut dengan beberapa makanan ringan yang dibawah dari rumah. pemandangan yang begitu keren mengunggah rasa saya untuk  mendokumentasikannya. obrolan ringan dengan berbagai topik pembahasan menjadi pelengkap keseruan saat berada di bukit.

setelah lumayan lama berada di post dua akhirnya kita semua  memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke post terakhir, puncak bukit. tak kalah melelahkannya, di post ini kita semua menemui kendala. tanjakannya tidak berstetur becek melainkan batuan besar yang begitu tajam menukik, mengharuskan kita semua berjalan dengan hati-hati ditambah lagi bagian permukaan batuan yang lumayan licin. 

perlahan namun pasti akhirnya kita semua bisa melewatinya dan inilah yang paling dinantikan, berdiri diatas puncak bukit dengan sebuan "Bangkeng Buki" yang artinya kaki bukit, terletak tidak jauh dari puat kota Bulukumba tempat saya tinggal. Sebuah kota dengan nama khas "Butta Panrita Lopi" berada dibagian timur Indonesia, Provinsi Sulawesi Selatan, Kab.Bulukumba. 








Sunyi Menyapa Dalam Senja

Bila hembusan angin terdengar
Suara lirih penuh bimbang
Menatap langit sore kemerahan
Dalam isak tanpa daya

Lambaian Burung-Burung Mungil
Terhempas di jagat sandiwara
Terbuai dalam denting tak bersuara
Kemanakah semua Orang ?
Begitu sunyi, kosong dan hampa

Matahari mulai meredup
Setitik cahaya pun tak terlihat
Apakah ini kesunyian dalam gelap ?

Entahlah sahutku dalam redup

Ayah

Mengingatmu Ayah…
Adalah mengingat setangkai Bunga
Meski kau telah letih
Tetapi kau selalu memberi warna

Mengingatmu Ayah…
Adalah mengingat Matahari senja
Meski kau telah jauh
Namun kenanganmu akan selalu ada

Teringat Ayah…
Adalah teringat secercah cahaya
Meski kita telah terpisah
Semoga kau selalu tenang disana

 Bagiku kau lebih dari sejuta kunang-kunang
Yang menghiasi gelap dalam doa