Terlihat Ayu
sedang merebahkan tubuhnya di antara bantal dan guling sambil mengotak atik beberapa
foto dari camera miliknya. Foto yang diambil Ayu saat menjelajahi Bukit
Bintang. Satu per satu Ayu melihat foto itu dan menemukan beberapa foto Iyan
yang begitu konyol. Satu lagi Ia juga menemukan foto dirinya bersama Rio begitu
dekat berdiri disampingnya.
“Nih foto Iyan
kan, Lucu banget.” kata Ayu melihat foto Iyan nampak begitu konyol dengan
ekspresi senyum begitu lebar dengan mata tertutup berhiaskan bunga mawar
disamping kanan telinganya membuat Ayu
tertawa sendiri. “Hahahahaha, Dasar Iyan.”
Dari arah belakang pintu terdengar langkah
kaki menuju kamar Ayu, Sseorang
perempuan berdiri dibalik pintu yang usianya terpaut tiga tahun lebih tua dari
Ayu
“Ayu, Buka
Pintunya. Yuk Makan udah ditungguin tuh...” kata Mbak Rena mengetuk pintu
beberapa kali.
Ayu bangkit dari
tempat tidur.“Oww, Tunggu Mbak” membuka pintu kamar. “Aku sudah makan kok, jadi
Mbak sama Mama makan aja.”
“Oww,
Kalo gitu kamu istirahat aja. Baru pulang mendaki kan.” kata Mbak Rena
tersenyum tipis
Ayu melongos. “Kok
Mbak tahu sih, pasti Mama yah ngasih tau”
“Iya, kalo gitu
Mbak ke bawah dulu.” kata Mbak Rena meninggalkan Ayu yang masih berdiri di
depan pintu.
Ayu menutup pintu kamar dan kembali
merebahkan tubuhnya mengarahkan
pandangan ke langit-langit kamar, melirik beberapa poster beserta foto yang
terpanjang disela-sela dinding hingga membuatnya teringat tentang sesuatu. Ayu kemudian bangkit mengambil sesuatu yang
terdapat di laci meja, sebuah kotak Hitam polos berisi Gelang berbentuk simpul
persis simpul dalam Pramuka. Kotak yang disimpannya satahun lalu, merupakan
hadiah yang diberikan seseorang saat Ayu berulang tahun ke-17. Dipegangnya
gelang itu seketika membuatnya meneteskan air mata, sebuah kalimat dalam
kotak itu terselipkan lembaran kecil
bertuliskan “Happy Birthday Mogu ku, Maaf yah kalo kadonya jelek soalnya buatan
sendiri. Semoga Suka J ”
Hadiah sederhana
hanya sebuah simpul Gelang namun sangat berharga sekaligus menjadi penyesalan
mendalam bagi Ayu. Entah apa yang menggerakan hatinya untuk membuka kotak yang
sekian lama disimpannya, Sejuta kenangan seakan tersirat dan sekeping
penyesalan tersimpan.
Dari samping
kotak, terdengar bunyi ponsel milik Ayu namun bukan sebuah panggilan atau pun
sms untuknya melaikan sebuah Pesan Singkat yang dikirim Oleh Rio melalui Blackbarry
Masenggernya. Melihat Nama yang tertera Rio Dewata Putra di layar ponsel
membuatnya begitu terkejut.
“ Ayu, lagi
sibuk yah.. ” pesan singkat yang dikirim oleh Rio.
Ayu sedikit
tertegun melihatnya, kemudian membalas pesan singkat pertama Rio.
“ Ow iya nggak
kok, ada apa ? ”
Rio kemudian
mengetik kata demi kata hingga dirinya mengirimkan sebuah pesan. “ Udah makan
belum ? temen yang baik kan harus selalu ngingetin temannya untuk makan J ”
Spontan saat Ayu
membaca pesan Rio yang masuk membuatnya tersenyum sendiri kemudian membalasnya.
“Belum, Tapi kan temen yang baik nggak sampe segitunya juga.”
Pesan yang
dikirim Ayu dengan cepat dibalas oleh Rio. “ Kok belum makan, lagi dieat yah.
Harusnya temen yang baik itu kaya gitu.”
“Haha bisa aja.
Nggak kok..”
Ayu kemudian
membalas setiap pesan yang dikirim oleh Rio melalui BlackBarry Messengger
hingga akhirnya pesan yang dikirim Rio sekitar pukul 21.02 tak di read lagi
oleh Ayu, Obrolan diantara keduanya pun terputus. Ayu yang telah terlelap dalam
tidur nampaknya begitu lelah setelah menghabiskan waktu seharian berpetualang
dengan teman-temannya.
***
Jarum jam terus
berputar melewatkan setiap menit dan detik, sunyi menanti dalam harap. Hempasan
sebuah buku ke atas meja menanti setiap deringan dari ponsel. Gelisah yang
nampak dari raut wajah Rio kini tak tertahankan, begitu jelas terpancar.
“Apa mungkin Ayu
sudah tidur yah ?” kata Rio dalam hati melirik jam dinding terpajang diantara
lukisan-lukisan indah buatannya.
Begitu banyak
pertanyaan yang mengisi pikirannya entah apa dan mengapa Rio memikirkan Ayu,
masih merupakan tanda tanya besar dalam otaknya. Sesekali Rio melirik kembali
ponselnnya, melihat pesan yang tak terbalaskan lagi.
“Hmmm, teman
yang aneh penuh dengan keunikan. Tapi mengapa harus Ayu ? disaat semua kenangan
lama telah terkubur bersama Rira kenapa muncul bayangan sepertinya. Setiap
sikap dan tingkahnya persis dengan Rira namun Ayu sosok yang berbeda. Apakah
mungkin perasaan ini belum mati ? Entahlah..” kata Rio dalam hati mengingat
semuanya, kenangan bersama Rira setahun lalu belum begitu hilang dalam
pikirannya.
Banyak hal yang
membuat Rio tak bisa melupakan Rira, perkenalan pertama yang tak pernah diduga
dan berkesan begitu unik, saat dirinya bertemu di salah satu toko buku yang
ternyata merupakan seniornya di salah satu kelas privat lukis. Awalnya mereka
saling mengenal tapi tak begitu akrab. Semenjak kejadian tersebut perjumpaan
diantara mereka berdua berlanjut dan akhirnya Rio memutuskan untuk menjalin
sebuah hubungan dengan seniornya yang berjalan begitu lama hingga Rira
memutskan untuk mereka berdua tidak berhubungan lagi, keputusan Rira tanpa
alasan membuat Rio begitu kecewa. Bagi Rio semua kenangan bersama Rira terlalu
dalam untuk bisa hilang dari otaknya. sampai sekarang pun Rio masih menikmati
kesendiriaanya dalam bayang-bayang seniornya.
***
“Ayu, Mau kemana
? pagi bener keluarnya, Bukannya ini hari libur..” kata Mbak Rena sambil
memangkas dan menyiram beberapa bunga di halaman depan.
Ayu kemudian
tersenyum tipis. “Biasa Mbak lari pagi dulu biar sehat walaupun libur harus
tetap jaga kesehatan dengan berolahraga.” Mengikat kedua tali sepatunya.
Mbak Rena
tersenyum manis sambil menggelengkan kepalanya dan memperhatikan penampilan Ayu
pagi itu yang mengenakan celana khusus olahraga dengan baju kaos putih
bergambar Paris berbalutkan Handuk di lehernya. “Oww mau lari pagi toh, Tumben
biasanya molor di kamar sampe siang, satu lagi kok lari pagi sembil bawa camera
sih. Mbak aneh ngeliatnya…”
Ayu tertawa
terbahak-bahak. “Hahaha Mbak ketinggalan nih, inikan tren 2015 gitu. Satu lagi
sebenarnya adik kakak ini bukannya males bangun kalo hari libur cuman lebih
nyaman stay di kamar sambil guling-guling dengan bantal.” Beranjak berdiri dan
meninggalkan Mbak Rena yang masih sibuk memangkas beberapa bunga.
“Kalo gitu Ayu
berangkat yah Mbak, Bye selamat beraktifitas. Jangan lupa nyiapin sarapan
yah..” kata Ayu tersenyum kepada Mbak Rena dengan nada mengejek.
“Huftt dasar,
adik durhaka…” kata Mbak Rena tersenyum
sambil bergumel sendiri.
Setengah jam
megitari pusat kota membuat Ayu sedikit ngosngosan dan memilih untuk sejenak
duduk disalah satu taman, muka Ayu tampak begitu lelah dengan cucuran keringat
menetes dari keningnya. dari arah belakang terlihat seseorang menghampirinya
dan memberikan sebotol air mineral, sontak membuat Ayu menoleh ke belakang dan
ternyata itu adalah Rio yang juga menghabiskan paginya mengitari pusat kota.
“Ahh, lu kok ada
disini ?”
“Yahh cari udara
seger, kenapa ada yang salah ?”
“Oww gitu nggak,
aneh aja”
“Aneh ?,
maksudnya ? Tanya Rio mengerutkan keningnya.
“Oww nggak kok,
kalo gitu gua duluan yah.” kata Ayu bangkit dari tempat duduknya. “ Ehhh hampir
lupa thanks yah Minumannya, Selamat menikmati udara segar..”
Rio melongos
sendiri. “Ha’.. Oww iya sama-sama” Menatap
Ayu yang berlalu meninggalkannya. “Hati-hati di jalan” kata Rio kemudian
termenung sendiri diantara rumput-rumput dan dedaunan kering yang jatuh di
sekitaran taman. Seolah meriview kembali ingatannya.
Sikap Ayu
barusan kembali menginggatkan Rio pada Rira sosok unik namun menarik. Menarik
untuk bisa membuatnya merasa nyaman dan merasa berbeda yang terakhir kali Rio rasakan saat bersama
Rira. Terkadang pandangan pertama dan
cinta pertama memang sangat sulit untuk dilupakan bahkan hidup diantara sela-sela
hati dan pikiran. Namun satu hal yang membuat Rio sadar bahwa cinta pertama
sangat sulit untuk dilupakan tetapi cinta selanjutnya akan sulit untuk
dilepaskan, begitulah yang ia rasakan sekarang dengan Ayu. Meskipun Ia tak tahu rasa apa yang menghampirinya,
Cinta atau sekedar teman biasa ? tapi baginya bagaimana memulai hubungan baru
tanpa hidup lagi dalam bayangan yang sekian lama terperangkap.
Dari kejauhan
Ika dan Hendra melihat seseorang persis Rio yang termenung sendiri di Taman,
dihampirinya orang itu ternayata Pangeran lukis, penobatan secara tidak resmi
oleh penggemar labil Rio. Sempat membuat Rio menjadi tranding topic terupdate
dengan penggemar kebanyakan ABG labil alias fans fanatic dari adik kelas.
“Wetss ngapain
nih Pangeran Lukis kita termenung disini ? kata Hendra menepuk pundak Rio.
“Ahh lu mulai
lagi, nggak kok. Lagi nikmetin udara seger nih.”
“Oww gitu, tapi
lu kaya orang kesambet sih. Bengong sendiri.” Kata Ika
Rio tertawa
kecil “Haha nggak kok..” kemudian sedikit heran melihat Hendra dan Ika. “Lu
berdua kok bisa disini ? tadi gua juga ketemu Ayu disini. Lu nggak barengan
atau emang nggak janjian ?”
Ika melirik
kearah Hendra menandakan sebuah kode untuk jawaban dari pertanyaan Rio membuat
keduanya semakin kaku di hadapan Rio.
“Oww kalo soal
barengan sama Hendra nggak, tadi ketemu dijalan. Jadi Ayu tadi kesini yah trus
dia kemana sekarang ?” sontak terdengar suara dari Ika
“Udah pergi”
kata Rio polos
“Apa ?”
“Iya, yah
sekitaran 10 menit yang lalu..”
“Aduhh, gawat
nih bisa disemprot lagi sama Ayu.” kata Ika sedikit panik.
“Serius ? emang
tadi janjian sama Ayu yah…” kata Hendra
sedikit heran.
“Iya, kalo gitu
gua duluan yah..”
Rio nampak
melirik Hendra kemudian mengangkat kedua alisnya, lalu bergegas pergi.
***
“Lu sekarang
dimana ?” tanya Ika sedikit gelisah, setelah Ayu baru mengangkat telephone
darinya. Nampak Ika berdiri di trotoar jalan mengenakan pakaian bergaris dengan
celana hitam olahraga pas dengan ukuran badannya.
“Ha’ gua udah
ada di depan rumah, emang kenapa ?” kata Ayu heran, berada lima langkah dari
pintu Gerbang Rumahnya
“Lu kok nggak
telephone gua sih, kalo mau lari pagi gitu..” dumel Ika
“Oww itu,
kebetulan gua bangun pagi. jadi daripada di rumah nyiram bunga, gua cari udara
segar..”
“Haha.. dasar lu
pinter aja ngelesnya bilang aja kalo nggak mau ajak gua soalnya ketemu sama
Rio…”
“Ha’ Rio..
maksud lu apaan ? mau ngajak ribut yah” kata Ayu, seketika mukanya memerah
mendengar ucapan Ika barusan.
“Haha.. bukannya
mau ajak ribut tapi gua tadi ketemu Rio, katanya lu barengan gitu”
“Apa ? lu ketemu
dia, trus dia bilang apa sama lu ?”
“Bilang apa
yah.. gua nggak inget lagi tuh..” kata Ika mencoba memancing kemarahan Ayu,
membayangkan wajah sahabatnya tiba-tiba berubah menjadi kemerahan, persis
monster dalam film Ben 10.
“Ngeselin banget
sih..Masa lu nggak inget kan lu belum pikun ” Emosi Ayu mulai terpancing,
mukanya semakin memerah ditambah lagi sinaran matahari pagi menambah emosinya
kian meledak.
“Tapi, tiba-tiba
aja denger nama Rio gua langsung pikun. Haha kalo gitu gua tutup telephonenya
yah..” kata Ika dengan santai
“Ehh lu jelasin
dulu jangan main tutup telephone gitu..”
“Trus gua mau
jelasin apa.. Bye sampai ketemu di awal masuk sekolah yah Moguku. Haha…” Ika
kemudian memutuskan telephonenya dengan Ayu.
Belum sempat Ayu
mengucapkan sepatah kata pun, dengan seenaknya Ika memutuskan telephone
ditambah lagi kata terakhir diucapkan Ika kian menambah emosinya untuk meledak
“Moguku”. Kata yang dilihat Ika saat melihat selembaran surat dari Yogi
untuknya.
“Huftt.. dasar
Ika ngeselin banget. Awas aja kalo masuk sekolah, gua sumpet mulutnya pake
pulpen.” Dumel Ayu dalam hati memasukkan
kembali ponselnya kedalam kantong celananya. Kemudian bergegas masuk ke dalam
rumah.
“Kok pulangnya
cepet banget..” . kata Mbak Rena stay menonton acara TV favoritenya setiap
weekend, tampak beberapa olahan kue dan jus yang berada di sampingnya.
“Udah capek
Mbak..” kata Ayu singkat. Wajahnya masih tampak memerah namun emosinya mulai
meredah.
“Oww ini, Mbak
udah buatin jus loh.. diminum yah..”
“Mbak minum aja
sendiri.” kata Ayu cuek tanpa melirik
sedikitpun kearah Mbak Rena, kemudian beranjak naik ke kamarnya.
“Kenapa sih tuh
anak, tadi semangat banget. Ehh sekarang tiba-tiba ngambek nggak jelas gitu..
dasar ABG labil.” kata Mbak Rena dalam hati. Melanjutkan menonton acara
favoritenya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar