“Yang lain pada
kemana nih, Udah datang belum ? bisa telat nih kalo gini.” kata Iyan tampak
gelisah melirik jam yang melekat di tangannya.
“Katanya udah di
Jalan Yan, tunggu sepuluh menit lagi
kata Ime ” kata Bian yang berdiri disampingnya.
“Oww gitu terus
Ika, Ayu, udah datang belum ? soalnya gua BBM gak di bales..”
“Mungkin dia
juga lagi di jalan, tuunggu aja.”
Beberapa menit
kemudian Ime datang berselang itu Ayu dan Ika pun juga datang. Semua persiapan
telah disiapkan termasuk bekal seadaanya sesuai apa yang dikatakan Iyan hanya
membawa makanan secukupnya.
“Sekarang
semuanya udah lengkap kan ?”kata Iyan
“Iya, tapi Iyan
kita mau kemana ? apa nggak sekalian kita camp aja ?” kata Rio merapikan
tasnya.
“Udah ikut gua
aja, gak usah banyak cerita entar juga lu tau kok” kata Iyan mempererat tali
sepatunya. “Kalo untuk camp kayanya nggak dulu deh, soalnya belum tahu pasti
kondisinya memungkinkan buat camp atau
nggak...”
“Oow gitu,
yaudah tunggu apa lagi!” kata Rio kemudian bergegas berdiri.
***
Setelah hampir 3
jam lebih menempuh perjalanan akhirnya mereka sampai disalah satu tempat yang
berada di kawsan Bandung yaitu Bukit Bintang. Pesona Bukit ini cukup indah
untuk dipandang mata dengan kesan alami nan sejuk membuat Iyan dan teman-temannya
terkesima.
“Waw..Ternyata
tempat yang lu maksud ini yah Iyan...” kata Ayu, tak hentinya mengedipkan mata
melihat pesona bukit dan membayangkan dirinya akan berada di atas Bukit itu.
“Iya, nih yang
gua maksud. Gimana lu mau naik nggak ?” kata Iyan menunjuk kearah Bukit.
“Iya pasti dong,
udah capek-capek kesini masa nggak naik.” tanggap Bian mendengar keduanya.
Tere mengerutkan
keningnya. “Tapi Iyan mah rese, nggak ngasih tau kalo pengen ke Bandung. Kalo
tau gini kan kita bisa ke rumah nenek gua dulu. Nggak jauh kok dari sini.!”
Bian melongos.
“Emang lo punya keluarga disini ? Kirain nggak punya..” sedikit tertawa.
“Hehehe Sorry Ree, Bercanda kok!”
Mencubit lengan
Bian.“Ihh Bian, ngesalin banget sih lu.” kembali mengerutkan keningnya. “Lu aja
yang nggak tahu, dasar bisanya bikin naik darah doang.” kata Tere
“Sudahlah,
ngapain berantem disini. Masalah kecil doang kok diperbesar.” kata Iyan memotong pembicaraan.
“Iya, Iyan betul
tuh.” Tambah Rio.“ Sekarang kita bagi regu jalan deh biar cepet sampai tapi
pasangannya cowo cewe, takutnya kalo cewe jalannya sama cewe nggak ada yang
bisa antisipaasi kalo ada apa-apa. Gimana setuju ?”
“Hmm, boleh juga
tuh saran Rio. Setuju!” kata Iyan
“Iya setuju...”
di ikuti oleh semuanya
“Okk. gimana kalo
Ika berengan sama Hendra, Gua barengan sama Ime, Bian, Eko barengan sama Tere
dan lu Ayu barengan sama Rio.” kata Iyan.
Tere nampak
Memalinkan wajahnya. “Iyan, kok gua barengan sama Bian sih, gua sama lu aja
deh!” berdiri disamping Iyan. “Gua nggak mau jalan bareng sama dia” menunjuk ke
arah Bian.
Iyan tampak
heran.”Kok gitu sih Ree, nggak apa-apa kok lu barengan aja sama Bian. Lagian
kita berengan juga kok naiknya, Cuman bedanya ada yang jalan di depan dan ada
yang di belakang. Ok!
“Ya udah deh,...”
Kata Tere pasrah.
“Okk, Ayo
jalan!”Kata Rio mulai berjalan ke depan.
Perjalanan untuk
mendaki dimulai, Semua menikmati perjalanan yang penuh dengan lika-liku dan
membutuhkan tenaga ekstra untuk melewatinya. Berbagai rintangan pun harus dilewati berupa dan tanjakan dan jurang yang
begitu tajam.
“Udaranya dingin
banget yah Ayu...”Kata Rio mengusap-usap lengannya.
Ayu mengangguk.
“Iya, lumayan lah...”mengusap kedua lengannya. “Baru pertama kali yah lu
mendaki kaya gini ?”
“Hmm nggak juga
sih, dulu pernah ikut mendaki sekitar dua tahun yang lalu bareng teman SMP
gitu...”
Ayu kembali
mengangguk“Oww gitu, seru dong!”dan memotret beberapa pohon yang cukup lebat
dibaluti kabut
“Yahh
lumayan”Tersenyum tipis. “Sejak kapan
suka dunia Motret kaya sekarang Yuu ? gua dengar dari temen-temen lu jago
banget yah soal ginian.”
Ayu Melongos
sedikit heran mendengar pertanyaan Rio. “Ha’sejak SMP. Nggak biasa aja, cuman
sekedar Hobi kok...”denagn nafas yang sedikit ngos-ngosan.
“Oww gitu, tapi
cepretan lu keren kok” menaikkan kedua jempolnya. “Kayaknya lu haus yah..”Kata
Rio menyodorkan sebotol air dari rannya
“Ahh nggak kok,
Makasih gua punya sendiri. ”mengabil sebotol air dari ranselnya. “Gua ke depan
dulu yah ke Iyan ada yang pengen gua tanyain, gua balik lagi kok tenang aja.
Teman yang baik nggak akan ninggalin temannya kan..” memasukkan kembali air ke
dalam ranselnya dan tersenyum lebar kepada Rio.
“Ohh iya, Temen
yang baik nggak akan ninggalin temennya.”kata Rio mengulang kembali perkataan Ayu
dan sekarang berada cukup jauh darinya. “kalimat unik untuk cewek yang unik”
Kata Rio dalam hati.
Setengah
perjalan telah dilalui, sedikit lagi
puncak Bukit Bintang akan diraih meskipun matahari sudah nampak begitu
terik namun setidaknya kabut cukup bersahabat untuk menghalangi teriknya
matahari dengan suhu yang agak dingin. Mereka semua sejenak beristirahat
diantara deretan pohon-pohon dihiasi beberapa rumput liar yang tumbuh
dibawahnya. Terlihat Iyan asyik mengabadikan momen ini dan mensharenya melalui
akun Path pribadinya.
“Halo Guys, kita
lagi ada di Bukit Bintang meskipun belum sampai dipuncaknya Sih, But this was
anamazing experience and maybe an unforgettable adventure with them.” mengarahkan
cameranya kepada mereka semua.
Rio
menggelengkan kepalanya.“Dasar Iyan kurang kerjaan banget sih..” sedikit
tertawa
***
Ayu yang telah
berdiri diatas puncak Bukit Bintang segera
menghempaskan tangannya selebar mungkin menghirup desah tiupan angin dan
memejamkan matanya seraya berteriak
“Akhirnya gua juga bisa berdiri di atas bukit ini, bukit yang berada
diantara bangunan-bangunan kota yang berdiri menjadi pelengkap keindahan.”secara
perlahan Ayu membuka matanya kemudian mengambil salah satu barang yang berada
di ranselnya, Yah sebuah camera lengkap dengan Lensa dan Tripot untuk
mengabadikan momen terindah dalam hidupnya.
Dari arah belakang
terlihat seseorang menghampirinya. “Lagi nentuin Objek buat di potret yah...” berdiri di samping Ayu. “Objek
yang menarik untuk di potret, bangunan tinggi menjulang dari arah bukit
Romantis ini..” Kata Rio menunjuk salah satu bangunan persis berada dihadapan
mereka.
Ayu kemudian
menoleh. “Ha iya, kok lu bisa ada disini ? gak ikut gabung dengan yang lain ?...”
menetukan titik fokus objek. “Maksud lu barusan apa, Bukit Romantis ?” tanya
Ayu
Rio memandang ke
arah bangunan yang menjulang itu. “Kayaknya disini lebih nyaman ketimbang harus
berada bersama mereka, sebagai teman yang baik harusnya begitu kan” Menoleh
kearah Iyan dan rombongan yang lain. “Lu tahu nggak sedikit cerita tentang
bukit ini ? bukit ini merupakan bukit
teromantis di Bandung. Orang-orang disini atau para pendaki yang mendaki disini
sering menyebutnya Bukit romantis karena bukit ini memberikan keistimewaan
tersendiri, apalagi jika momentnya pas dengan hari Valentine. Banyak Turis yang
kesini untuk menikmati malam bersama pasangan mereka. Kalo lu berkunjung disini
dan bisa sempet ngeliat bukit ini pada malam hari bisa jadi lu nggak akan tidur
sampe pagi karena nggak ingin nyia-nyiain
semenitpun untuk sesuatu yang sangat indah.”
Ayu menoleh kearah
Rio. “tapi teman yang baik nggak akan menyia-nyiakan waktunya bersama temannya.” Menghela nafas panjang
dalam-dalam. “Jadi bukit ini, dinamakan bukit romantis. Gua baru tahu
sekarang!, berarti lu banyak tahu tentang bukit ini ?”
Rio sejenak
memjamkan matanya. “Nggak juga, satu lagi bukit ini penuh teka-teki keajaiban
dan mungkin lu akan menyadarinya ketika lu pulang dari bukit ini.”
Ayu melongos.
“Maksud lu ? gua nggak ngerti!”
Dari arah kejauhan
terlihat lambaian tangan Iyan. “Heii, Ayu Rio. Lu kesini buruan!”suara samar
namun masih bisa ditelah oleh Ayu dan Rio sebagai Isyarat dirinya untuk kesana.
Mereka berdua berjalan dan menghampiri Iyan beserta teman yang lainnya.
“Ada apa Iyan ? kayaknya
penting gitu ?” Tanya Ayu heran
“Iya penting
banget, masa lu nggak mau abadiin momen ini. Maksud gua kita foto bareng
gitu”mengatur posisi dan menentukan tempat yang pas untuk mengabadikan
kebersamaan mereka.
Ayu mengangguk.
“Oww gitu, kirain apaan. Kalo gitu biar gua yang foto kalian”
“Kok gitu, Lu
juga harus ikut. Kan kita bisa minta tolong orang buat foto kita jadi semuanya
bisa ikut” menarik tangan Ayu untuk ikut bersama. “Ayo buruan kesini”
Ayu pun tak bisa
mengelak dan harus mengikuti kemauan sahabatnya. Foto demi foto telah termuat
di dalam memory card penyimpangan. Giliran Rio yang menarik tangan Ayu secara
tiba-tiba dan meminta Iyan memegang Camera.
Ayu berusaha
melepas genggaman Rio dengan tatapan heran. “Ada apa ?”
Rio melepaskan
genggaman tangannya .“Gua punya permintaan, sebagai teman yang baik lu harus
nurut. Gua pengen foto bareng lu.” tersenyum tipis. “Iyan, tolong dong fotoin
kita berdua”
Ayu menatap
heran. “Ha’ lu aneh. Sebagai temen yang baik emang harus gitu…”
“Iya, Iyan yang keren
yah...” kata Rio mengangkat alisnya.
“Sip beres, udah
nih. Keren kok!” kata Iyan sedikit heran dan mengangkat jempolnya.
Tere mendekat “Gua
perhatiin dari kemarin lu akrab banget yah...” menepuk pundak Rio dan Ayu. “Tapi
cocok kok” tersenyum tipis
Ayu melongos.
“Ha’nggak, sebagai temen kan emang kaya gitu.” merapikan syalnya berbalut wol
berwarna merah.
Tere
menganggukkan kepalanya. “Oww gitu, Anyway kita Istirahat yuk!. Gua lihat
disebelah sana ada rumah setidaknya bisa rebahan dikit.” mengangkat kedua
alisnya.
Iyan melirik
kearah salah satu rumah yang berjejer diantara pohoh-pohon yang begitu rindang.
“ Hmm, kayaknya lu betul juga Ree. Gua juga udah pegel nih pengen rebahan
gitu.”
***
Secangkir susu
coklat hangat berada di atas meja tak sedikitpun tersentuh. Entah apa yang
dipikirkan pemilik susu coklat itu, arah pandangan dan pikirannya tertuju pada
gedung-gedung yang nampak dari kejauhan sedikit samar dibaluti kabut. Mengingat
kembali kata-kata itu, kata teka-teki keajaiban. Begitu penat untuk mecernanya
hingga memutuskan untuk mendengar beberapa melodi lagu dalam MP3 miliknya.
Kekacauan yang berada di dalam rumah tidak membuatnya merasa terusik, menikmati
alunan lagu dengan nuansa sejuk dan damai
“Yuu, kok bengong
sih!. susunya nggak diminum tuh ?” kata
Ika menghampirinya melirik secangkir susu coklat yang berada di meja.
Ayu menengok ke
arah belakang. “Oww itu, kayaknya masih panas” kata Ayu ringan. “Nggak mungkin
kan gua minum, bisa melepuh nih mulut gua.”
“Oww gitu, Ayu
ada yang pengen gua omongin tapi lu nggak akan marah kan. ?” kata Ika sedikit
pelan.
“ Nggak kok,
ngomong aja.. ”
“ Gua pengen
ngasih tahu kalo gua sama Hendra udah jadian pas malem tahun baru kemarin, dia
nyatain perasaannya trus gua terima. Maaf yah gua nggak ngasih tahu lu kemaren
soalnya nggak sempet, maaf juga yah nggak bisa jemput lu pas tahun baru
kemarin. Gua ngerasa nggak enak ke lu... ” kata Ika menjelaskan semanya
Ayu sedikit
terkejut “ Ha’ serius lu jadian sama makhluk astral itu!, Ups maksud gua
Hendra. gua nggak nyangka. Berarti waktu Hendra jemput lu, udah PDKT yahh ” sedikit
tertawa. “Soal yang kemarin itu gak apa-apa kok, kebetulan kemarin gua juga
dijemput sama Rio.”
Giliran Ika yang
terkejut. “Apa ? lu dijemput sama manusia cuek itu!. Kok lu baru cerita sih?” berdiri
di hadapan Ayu. “Pantesan aja lu bisa barengan, tau-taunya bener apa kata Rio
lu udah janjian duluan...”
“Iya, sama kaya
lu nggak sempet cerita ”kata Ayu cengengesan.
“ Yaa, satu sama
dong kalo gitu!. Anyway kedekatan lu
dengan Rio apa ada hubungan melebihi temen ? kata Ika penasaran.
Ayu tertawa. “
Kedekatan gua sama Rio biasa aja!, Yahh sebatas teman lah gak lebih. Menurut lu
gua ada apa-apa gitu.”
Ika tersenyum
lebar “Yahh gua kira lu ada hubungan gitu, tapi ini bukan karena lu nggak bisa
move on sama Yogi kan..” sedikit mengejek.
“Ahh, kok malah
bahas Yogi sih. Bukannya gua nggak bisa move on tapi lu taukan gua tuh ngerasa
bersalah banget sama dia, apalagi sama Rira sepupu gua sendiri. Pokoknya itu merupakan
kesalahan terbesar gua, Ngerusak hubungan orang. Gua jahat banget kan.” kata
Ayu dengan mata berbinar.“ Satu lagi itu alasan gua kenapa sampai sekarang
nggak pengen pacaran dulu.”
Ika menepuk
pundak Ayu. “Gua ngerti kok, kan lu udah cerita. Maaf yah..” mendekap Ayu yang
berada disampingnya.“ Kok gua bego banget sih ngebuat sahabat gua sendiri
hampir nangis kaya gini. Maaf yah Ayu nggak maksud kok.”
“Oww iya nggak
apa-apa, gua aja yang cengeng.”
“Yah udah, kita
masuk yuk.. udaranya makin dingin nih. Lagian yang lain udah mulai bergegas
untuk balik nih” kata Ika mempererat syalnya.
Ayu melirik ke
Arah Ika “Nggak, gua masih pengen disini lu masuk aja duluan nanti gua nyusul.”
Ika menganggukan
kepalanya. “Hmm, yaudah tapi jangan kelamaan yah.”melangkahkan kakinya. “Etss
satu lagi tuh susu jangan lupa diminum!.”
“Okk, Sip Bu
Hendra cerewet..” kata Ayu tersenyum lebar
****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar