Teriknya
matahari tak terpancar, hanya ada sekumpulan awan mendung yang menghiasi
langit. Nampaknya sebentar lagi akan turun hujan. Terlihat seseorang berdiri di
pintu gerbang sekolah menunggu jemputan.
“Lu nggak balik
?” tiba-tiba terdengar suara yang tak asing lagi bagi Ayu. Yah itu Ika sahabat
sekaligus teman sekelasnya.
Ayu menoleh. “Eh
lu.. nggak nih lagi tunggu Mbak Rena katanya mau jemput gua.” kata Ayu berdiri
di samping Ika. “Lu sendiri nggak balik
?”
“Gua udah mau
balik nih..” kata Ika tersenyum manis
“Oow, tuh muka
napa senyum-senyum kaya orang gila gitu. Sok manis lagi..”
“Haha iya dong,
soalnya gua diantar pulang sama Hendra.”
Ayu terbelalak.
“Ha’ serius lu. Gua nggak salah dengerkan ?” mencoba memastikan perkataan Ika
barusan. “Sekarang udah nggak malu lagi yahh, pulangnya pake diantar segala.”
“Hehe, yah begitulah.”
“Yaudah gua ikut
seneng lah dengarnya, kalo gitu lu duluan ditunggu Hendra loh”
“Oww iya, lu
nggak balik sama Iyan aja. Nih udah mau turun hujan loh.” kata Ika tak tega
meninggalkan sahabatnya.
“Hmm gua tunggu
Mbak Rena aja, nggak apa-apa kok.”
“Yaudah kalo
gitu gua duluan yah..” kata Ika beranjak pergi
“Iya, hati-hati
yah..”
Tak lama
kemudian butiran-butiran air mulai berjatuhan, membasahi jalan dan sekelilingnya. Ayu masih berdiri di gerbang
sekolah merasakan suhu tubuhnya mulai berubah. Nampaknya ia cukup kedinginan,
apalagi hari ini ia tak membawa jaket atau semacamya dan sialnya lagi Batteray
Hpnya mati. Ayu berharap jika batteray Hpnya terisi ia bisa meminta bantuan
Iyan untuk menjemputnya di Sekolah.
Sekarang Ayu
hanya bisa menunggu dan menunggu. Sekolah mulai tampak sunyi, sebahagian dari
mereka sudah pulang.
“Hmm Mbak Rena
mana sih udah hujan gini belum juga nongol, apa dia lupa yah ?” gelisah Ayu
dalam hati nampak kedinginan
Ayu nampak
gelisah, Mbak Rena belum juga datang, curah hujannya pun semakin deras. Ayu
melirik kesana kemari namun tak seoraang pun yang terlihat. Kendaraan berlalu
lalang pun tak terlihat olehnya. Hanya ada sebuah motor yang terparkir disudut
kanan dari pintu gerbang. Mata Ayu mulai mencari siapa pemilik motor itu. Kemudian kembali mengararahkan pandangannya ke
jalan raya, setidaknya mungkin ada taksi yang lewat.
“Hey kok belum
balik ?” terdengar suara dari arah belakang.
Ayu menegok
kebelakang. “Eh Rio, belum nih hujannya deras banget.” kata Ayu mengusap-usap lengannya
yang sedari tadi sudah kedinginan. “Lu sendiri kenapa belum balik ?”
“Oww gua, tadi
lagi nyelesain lukisan kemarin.”
“Oow gitu.” kata
Ayu sembari mengarahkan pandangannya ke sudut gerbang sekolah. Ia baru sadar
ternyata pemilik Motor yang terparkir itu adalah milik Rio.
Rio tak membalas
ucapan Ayu, keheningan diantara keduanya tak terhindarkan. Rio nampak kaku dan
tak tahu harus memulai percakapan dari mana lagi sedangkan Ayu merasa bosan
melihat tingkah Rio yang cueknya tiba-tiba datang. Setidaknya ia berharap Rio mau mengantarnya
pulang setelah hujan reda, namun Ayu mungkin terlalu tinggi berharap. Melihat
sikapnya secuek itu jelas tidak mungkin terjadi.
Ayu kembali
mengusap-usapkan lengannya yang sedari tadi kedinginan tanpa memperhatikan Rio
yang juga berdiri di sampingnya. Sikap Rio membuat Ayu merasa bingung apakah
dia patut dianggap sebagai teman atau orang yang baru ia kenal, sikapnya berubah-ubah
kadang membuat Ayu merasa sulit untuk menyesuaikannya. Terkadang Rio seperti teman
akrab yang bisa mencairkan suasana, Asyik, ramah dan sebagainya. Namun
terkadang Rio juga seperti orang baru yang ia kenal begitu cuek.
Ayu hampir lupa,
ternyata hari ini ia punya jadwal untuk ke Toko Buku dan membeli beberapa novel
edisi terbatas. Melihat kondisi seperti ini ia berifikir dua kali untuk
keasana. Hujan pun akhirnya reda, tapi suhu tubuhnya belum berubah. Ayu merasa
Bimbang, apakah ia harus melewatkan Buku yang selama ini ia tunggu-tunggu
dengan stoknya yang terbatas atau ia harus segera pulang, mengingat tubuhnya
sedari tadi kedinginan.
“Pulang yuk,
hujannya udah reda.” kata Rio menegok kearah Ayu.
“Iya” kata Ayu
singkat, tubuhnya nampak bergetar
“Lu pulangnya
sendiri ?”
“ Iya, soalnya
Mbak Rena mungkin lupa jemput gua”
“Oww kalo gitu
gua duluan yah..” kata Rio kemudian
berjalan kearah Motornya.
Sikap Rio
lagi-lagi membuat Ayu merasa heran, melihat situasi seperti ini setidaknya Rio
bisa menawarkan Ayu untuk pulang bersama atau tidak membantunya untuk mencari
taksi. Sebagai teman seharusnya seperti itu kan.
Rio mengendarai
motornya kearah Ayu dan menghentikan motornya.
“Lu naik
sekarang ?”
“Hmm gua ?” kata
Ayu heran melihat sikap Rio. Ia tak menyangka bahwa Rio akan mengajaknya untuk
pulang bersama sesuai harapannya
“Iyalah, emang
ada orang lagi di deket lu. Buruan!”
“Tapi gua mau ke
Toko Buku dulu..”
“Cuaca seperti
ini dan keadaan lu kaya sapi kedinginan gini masih niat ke Toko Buku. dasar
tolol.” kata Rio sedari tadi memperhatikan keadaan Ayu
“Apaan sih,
yaudah duluan aja deh. Gua bisa pulang sendiri.”
“Lu buruan
naik..”
“Nggak, lu
dualuan aja.”
“Nihhh..” kata
Rio melemparkan jaketnya kearah Ayu dan menarik tangannya untuk naik keatas
motor.
“Apaan nih..?”
kata Ayu tak percaya melihat jaket yang dilemparkan Rio kepadanya.
“Nggak usah
banyak omong pakai dan pegangan !.” kata Rio menyalakan mesin motornya.
“Ogah..” kata
Ayu sedikit kesal namun tetap menuruti perkataan Rio.
****
Tiba-tiba motor
Rio berhenti di Toko Buku yang biasa Ayu kunjungi.
“Loh kok malah
ke Toko Buku sih ?” kata Ayu tak percaya, Rio akan mengantarnya ke toko Buku.
“Buruan turun..” kata Rio cuek. “Lu tololnya
kebangetan yah, Lu sendiri yang ngomong mau ke Toko Buku.” sambung Rio
“Iyaiya..” kata
Ayu serba salah dan segara turun dari motor.
“Ehh lu ngapain
masuk ?” melihat Rio beranjak masuk ke dalam Toko.
“Emang ini Toko
milik lu, trus ada tulisannya gua dilarang masuk gitu.”
“Idihh.. santai
aja kali, bercanda kok..”
Saat berada di
pintu masuk pandangan Rio tertuju pada perempuan berambut panjang mengenakan celana jeans
dengan kaos bergaris di depan kasir. Rio mengingat betul orang itu, orang yang
pernah membuatnya selalu tersenyum bahagia dan membuatnya merasakan sakit mendalam.
Seketika mata
Ayu juga tertuju pada orang yang berada di depan kasir. Tidak salah lagi itu
Rira. Ayu mulai mengingat kembali kesalahpahaman yang pernah terjadi antara
dirinya dengan sepupunya sendiri. Sudah hampir setahun ia tak pernah lagi
bertemu dengan Rira karena kesibukannya sebagai Mahasiswa baru.
“Ehh Ayu..” kata
Rira melambaikan tangannya dan tersenyum manis dari kejauhan.
Ayu hanya
membalasnya dengan anggukan dan senyum. Ia tak menyangka bahwa semuanya akan
kembali seperti biasa. Seolah tak pernah terjadi sesuatu diantara mereka
berdua. Begitu cepat waktu mengatasinya dengan bijak. Sementara Rio masih
terlihat kaku melihat Rira dengan Ayu. banyak pertanyaan yang terbersit
dipikirannya tentang hubungan mereka berdua yang sepertinya akrab tapi saling
canggung.
“Ehh apa kabar ?
gimana sekolahnya sekarang ?” kata Rira menghampiri Ayu setelah menyelesaikan
urusannya di kasir.
“Alhamdulillah
baik Mbak, Mbak sendiri ?” kata Ayu berusaha bersikap nyaman dan seakan tak
pernah terjadi apa-apa di masa lalu.
“Ehh Rio, kalian
berdua…” kata Rira tiba-tiba mengenali orang yang berada di sebelah Ayu.
“Ohh iya, ini
temen aku Mbak. Mbak kenal ?” kata Ayu heran dan tetap terseyum manis.
“Apa kabar ?”
kata Rira mengalihkan pandangannya kearah Rio.
Rio tak bersuara
dan beranjak pergi meninggalkan mereka berdua. Terlalu cepat bagi Rio untuk
bertemu lagi dengan Rira, setahun lebih dirinya mengubur rasa itu dan sekarang
Rira muncul kembali di kehidupannya, seolah-olah tak pernah ada yang terjadi di
masa lalu. Masih terlalu berat bagi Rio untuk bisa menatap mata indah Rira.
“Mbak kenal sama
Rio, maklum Mbak dia orangnya emang kaya gitu.”
“Nggak, sekedar
kenal aja. Kalian berdua serasi dehh..” kata Rira masih tersenyum manis
“Ahh nggak lah
Mbak, kita berdua cuma temanan kok.”
“Oww, kalo gitu
Mbak duluan yah..”
“Kok buru-buru
banget Mbak, jalan-jalan kerumah yah. Ditunggu Mbak Rena tuh..”
“Lain kali aja
yah Ayu, Salam aja sama Mbak Rena” kata Rira berlalu meninggalkan Ayu.
“Hati-hati yah
Mbak..” kata Ayu terdengar canggung.
“Mbak Rira nggak
banyak berubah yah, hampir sama seperti dulu. Cuman ia terlihat lebih cantik
dan dewasa.” batin Ayu berajak memilih buku yang akan ia beli.
****
“Lu udah beli
bukunya ?” kata Rio sedaritadi menunggu di parkiran.
Ayu hanya
mengangguk “Lu kenal sama Mbak Rira yah ?” spontan kata-kata itu keluar dari
bibiir Ayu, entah mengapa ada sesuatu yang bisa Ayu tangkap mengenai sikap Rio
barusan.
“Oww kalo gitu
balik yuk..” kata Rio tak menggubris pertanyaan Ayu, baginya butuh waktu untuk
menjelaskan semuanya kepada orang lain, terlebih ia harus menceritakannya
kepada Ayu, orang baru dalam hidupnya.
“Tapi kayaknya
gua balik sendri aja.”
“Serius mau
balik sendiri ? nggak mau diantar sama teman yang baiknya selangit..” kata Rio
berusaha mencairkan suasana sedikit beku.
“Lu duluan
aja..”
“Oke, lu hati-hati
” kata Rio kemudian berlalu meninggalkan Ayu.
Beberapa menit
menunggu, akhirnya Ayu memutuskan untuk berjalan kaki menuju tempat ramai akan
kendaraan berlalu-lalang. Berharap semoga saja ada taxi melintas, tubuhnya
sedikit melemas, bibirnya tampak pucat. Ayu mulai berjalan linglung kepalanya
terasa berat.
“Hmm,, taxinya
mana yah. kok nggak nongol-nongol, udah sore lagi” gumam Ayu dalam hati melirik
setiap arah jalan.
“Sakit ?” Tanya
seseorang yang sedari tadi memperhatikan Ayu hingga ke ujung jalan.
Dengan melemas
Ayu menjawab. “lumayan berat” kata Ayu memegang kepalanya. “sebelumnya pernah
kenal ?”
“Oww iya,
kenalin gua Juan” mengulurkan tangannya
“Gua Ayu,
kayaknya gua pernah liat.” kata Ayu sedikit familiar melihat seseorang yang
berada disampingnya.
“Idihh muka gua
pasaran banget yah..”
“Kalo diliat
udah kuliah yah ?”
“Iyap, kayak
peramal aja.”
“Gua duluan yah.
Salam kenal” kata Ayu melihat taxi melintas di hadapannya dan segera
melambaikan tangan meninggalkan Juan sendirian, lebih tepatnya orang yang baru
ia kenal.
“See You,
hati-hati” kata Juan ketika Ayu hendak menaiki taxi dengan seri nomor 326.
Terlihat keakraban diantara Juan dan Ayu.
Perkenalan
singkatnya dengan Ayu, memberikan sedikit rasa penasaran Bagi Juan. Berharap ia
bisa berjumpa lagi dengan sosok remaja SMA berkulit putih itu namun tetap
tampak natural sesuai dengan umurnya. Sekilas Juan tertarik juga pada kepribadian Ayu yang bisa membuatnya begitu
enjoy berbicara dengan orang baru.
“Namanya Ayu,
yah sesuailah dengan kepribadiannya..” batin Juan.
******
Tidak ada komentar:
Posting Komentar