Senin, 04 Januari 2016

Dibalik Hujan (5)

   
Teriknya matahari tak terpancar, hanya ada sekumpulan awan mendung yang menghiasi langit. Nampaknya sebentar lagi akan turun hujan. Terlihat seseorang berdiri di pintu gerbang sekolah menunggu jemputan.
“Lu nggak balik ?” tiba-tiba terdengar suara yang tak asing lagi bagi Ayu. Yah itu Ika sahabat sekaligus teman sekelasnya.
Ayu menoleh. “Eh lu.. nggak nih lagi tunggu Mbak Rena katanya mau jemput gua.” kata Ayu berdiri di samping Ika. “Lu sendiri nggak  balik ?”
“Gua udah mau balik nih..”  kata Ika tersenyum manis
“Oow, tuh muka napa senyum-senyum kaya orang gila gitu. Sok manis lagi..”
“Haha iya dong, soalnya gua diantar pulang sama Hendra.”
Ayu terbelalak. “Ha’ serius lu. Gua nggak salah dengerkan ?” mencoba memastikan perkataan Ika barusan. “Sekarang udah nggak malu lagi yahh, pulangnya pake diantar segala.”
“Hehe, yah begitulah.”
“Yaudah gua ikut seneng lah dengarnya, kalo gitu lu duluan ditunggu Hendra loh”
“Oww iya, lu nggak balik sama Iyan aja. Nih udah mau turun hujan loh.” kata Ika tak tega meninggalkan sahabatnya.
“Hmm gua tunggu Mbak Rena aja, nggak apa-apa kok.”
“Yaudah kalo gitu gua duluan yah..” kata Ika beranjak pergi
“Iya, hati-hati yah..”
Tak lama kemudian butiran-butiran air mulai berjatuhan, membasahi jalan dan  sekelilingnya. Ayu masih berdiri di gerbang sekolah merasakan suhu tubuhnya mulai berubah. Nampaknya ia cukup kedinginan, apalagi hari ini ia tak membawa jaket atau semacamya dan sialnya lagi Batteray Hpnya mati. Ayu berharap jika batteray Hpnya terisi ia bisa meminta bantuan Iyan untuk menjemputnya di Sekolah.
Sekarang Ayu hanya bisa menunggu dan menunggu. Sekolah mulai tampak sunyi, sebahagian dari mereka sudah pulang.
“Hmm Mbak Rena mana sih udah hujan gini belum juga nongol, apa dia lupa yah ?” gelisah Ayu dalam hati nampak kedinginan
Ayu nampak gelisah, Mbak Rena belum juga datang, curah hujannya pun semakin deras. Ayu melirik kesana kemari namun tak seoraang pun yang terlihat. Kendaraan berlalu lalang pun tak terlihat olehnya. Hanya ada sebuah motor yang terparkir disudut kanan dari pintu gerbang. Mata Ayu mulai mencari siapa pemilik motor itu.  Kemudian kembali mengararahkan pandangannya ke jalan raya, setidaknya mungkin ada taksi yang lewat.
“Hey kok belum balik ?” terdengar suara dari arah belakang.
Ayu menegok kebelakang. “Eh Rio, belum nih hujannya deras banget.” kata Ayu mengusap-usap lengannya yang sedari tadi sudah kedinginan. “Lu sendiri kenapa belum balik ?”
“Oww gua, tadi lagi nyelesain lukisan kemarin.”
“Oow gitu.” kata Ayu sembari mengarahkan pandangannya ke sudut gerbang sekolah. Ia baru sadar ternyata pemilik Motor yang terparkir itu adalah milik Rio.
Rio tak membalas ucapan Ayu, keheningan diantara keduanya tak terhindarkan. Rio nampak kaku dan tak tahu harus memulai percakapan dari mana lagi sedangkan Ayu merasa bosan melihat tingkah Rio yang cueknya tiba-tiba datang.  Setidaknya ia berharap Rio mau mengantarnya pulang setelah hujan reda, namun Ayu mungkin terlalu tinggi berharap. Melihat sikapnya secuek itu jelas tidak mungkin terjadi.
Ayu kembali mengusap-usapkan lengannya yang sedari tadi kedinginan tanpa memperhatikan Rio yang juga berdiri di sampingnya. Sikap Rio membuat Ayu merasa bingung apakah dia patut dianggap sebagai teman atau orang yang baru ia kenal, sikapnya berubah-ubah kadang membuat Ayu merasa sulit untuk menyesuaikannya. Terkadang Rio seperti teman akrab yang bisa mencairkan suasana, Asyik, ramah dan sebagainya. Namun terkadang Rio juga seperti orang baru yang ia kenal begitu cuek.
Ayu hampir lupa, ternyata hari ini ia punya jadwal untuk ke Toko Buku dan membeli beberapa novel edisi terbatas. Melihat kondisi seperti ini ia berifikir dua kali untuk keasana. Hujan pun akhirnya reda, tapi suhu tubuhnya belum berubah. Ayu merasa Bimbang, apakah ia harus melewatkan Buku yang selama ini ia tunggu-tunggu dengan stoknya yang terbatas atau ia harus segera pulang, mengingat tubuhnya sedari tadi kedinginan.
“Pulang yuk, hujannya udah reda.” kata Rio menegok kearah Ayu.
“Iya” kata Ayu singkat, tubuhnya nampak bergetar
“Lu pulangnya sendiri ?”
“ Iya, soalnya Mbak Rena mungkin lupa jemput gua”
“Oww kalo gitu gua duluan yah..”  kata Rio kemudian berjalan kearah Motornya.
Sikap Rio lagi-lagi membuat Ayu merasa heran, melihat situasi seperti ini setidaknya Rio bisa menawarkan Ayu untuk pulang bersama atau tidak membantunya untuk mencari taksi. Sebagai teman seharusnya seperti itu kan.
Rio mengendarai motornya kearah Ayu dan menghentikan motornya.
“Lu naik sekarang ?”
“Hmm gua ?” kata Ayu heran melihat sikap Rio. Ia tak menyangka bahwa Rio akan mengajaknya untuk pulang bersama sesuai harapannya
“Iyalah, emang ada orang lagi di deket lu. Buruan!”
“Tapi gua mau ke Toko Buku dulu..”
“Cuaca seperti ini dan keadaan lu kaya sapi kedinginan gini masih niat ke Toko Buku. dasar tolol.” kata Rio sedari tadi memperhatikan keadaan Ayu
“Apaan sih, yaudah duluan aja deh. Gua bisa pulang sendiri.”
“Lu buruan naik..”
“Nggak, lu dualuan aja.”
“Nihhh..” kata Rio melemparkan jaketnya kearah Ayu dan menarik tangannya untuk naik keatas motor.
“Apaan nih..?” kata Ayu tak percaya melihat jaket yang dilemparkan Rio kepadanya.
“Nggak usah banyak omong pakai dan pegangan !.” kata Rio menyalakan mesin motornya.
“Ogah..” kata Ayu sedikit kesal namun tetap menuruti perkataan Rio.

****

Tiba-tiba motor Rio berhenti di Toko Buku yang biasa Ayu kunjungi.
“Loh kok malah ke Toko Buku sih ?” kata Ayu tak percaya, Rio akan mengantarnya ke toko Buku.
 “Buruan turun..” kata Rio cuek. “Lu tololnya kebangetan yah, Lu sendiri yang ngomong mau ke Toko Buku.” sambung Rio
“Iyaiya..” kata Ayu serba salah dan segara turun dari motor.
“Ehh lu ngapain masuk ?” melihat Rio beranjak masuk ke dalam Toko.
“Emang ini Toko milik lu, trus ada tulisannya gua dilarang masuk gitu.”
“Idihh.. santai aja kali, bercanda kok..”
Saat berada di pintu masuk pandangan Rio tertuju pada perempuan  berambut panjang mengenakan celana jeans dengan kaos bergaris di depan kasir. Rio mengingat betul orang itu, orang yang pernah membuatnya selalu tersenyum bahagia dan membuatnya merasakan sakit mendalam.   
Seketika mata Ayu juga tertuju pada orang yang berada di depan kasir. Tidak salah lagi itu Rira. Ayu mulai mengingat kembali kesalahpahaman yang pernah terjadi antara dirinya dengan sepupunya sendiri. Sudah hampir setahun ia tak pernah lagi bertemu dengan Rira karena kesibukannya sebagai Mahasiswa baru.
“Ehh Ayu..” kata Rira melambaikan tangannya dan tersenyum manis dari kejauhan.
Ayu hanya membalasnya dengan anggukan dan senyum. Ia tak menyangka bahwa semuanya akan kembali seperti biasa. Seolah tak pernah terjadi sesuatu diantara mereka berdua. Begitu cepat waktu mengatasinya dengan bijak. Sementara Rio masih terlihat kaku melihat Rira dengan Ayu. banyak pertanyaan yang terbersit dipikirannya tentang hubungan mereka berdua yang sepertinya akrab tapi saling canggung.
“Ehh apa kabar ? gimana sekolahnya sekarang ?” kata Rira menghampiri Ayu setelah menyelesaikan urusannya di kasir.
“Alhamdulillah baik Mbak, Mbak sendiri ?” kata Ayu berusaha bersikap nyaman dan seakan tak pernah terjadi apa-apa di masa lalu.
“Ehh Rio, kalian berdua…” kata Rira tiba-tiba mengenali orang yang berada di sebelah Ayu.
“Ohh iya, ini temen aku Mbak. Mbak kenal ?” kata Ayu heran dan tetap terseyum manis.
“Apa kabar ?” kata Rira mengalihkan pandangannya kearah Rio.
Rio tak bersuara dan beranjak pergi meninggalkan mereka berdua. Terlalu cepat bagi Rio untuk bertemu lagi dengan Rira, setahun lebih dirinya mengubur rasa itu dan sekarang Rira muncul kembali di kehidupannya, seolah-olah tak pernah ada yang terjadi di masa lalu. Masih terlalu berat bagi Rio untuk bisa menatap mata indah  Rira.  
“Mbak kenal sama Rio, maklum Mbak dia orangnya emang kaya gitu.”
“Nggak, sekedar kenal aja. Kalian berdua serasi dehh..” kata Rira masih tersenyum manis
“Ahh nggak lah Mbak, kita berdua cuma temanan kok.”
“Oww, kalo gitu Mbak duluan yah..”
“Kok buru-buru banget Mbak, jalan-jalan kerumah yah. Ditunggu Mbak Rena tuh..”
“Lain kali aja yah Ayu, Salam aja sama Mbak Rena” kata Rira berlalu meninggalkan Ayu.
“Hati-hati yah Mbak..” kata Ayu terdengar canggung.
“Mbak Rira nggak banyak berubah yah, hampir sama seperti dulu. Cuman ia terlihat lebih cantik dan dewasa.” batin Ayu berajak memilih buku yang akan ia beli.

****
“Lu udah beli bukunya ?” kata Rio sedaritadi menunggu di parkiran.
Ayu hanya mengangguk “Lu kenal sama Mbak Rira yah ?” spontan kata-kata itu keluar dari bibiir Ayu, entah mengapa ada sesuatu yang bisa Ayu tangkap mengenai sikap Rio barusan.
“Oww kalo gitu balik yuk..” kata Rio tak menggubris pertanyaan Ayu, baginya butuh waktu untuk menjelaskan semuanya kepada orang lain, terlebih ia harus menceritakannya kepada Ayu, orang baru dalam hidupnya.
“Tapi kayaknya gua balik sendri aja.”
“Serius mau balik sendiri ? nggak mau diantar sama teman yang baiknya selangit..” kata Rio berusaha mencairkan suasana sedikit beku.
“Lu duluan aja..” 
“Oke, lu hati-hati ” kata Rio kemudian berlalu meninggalkan Ayu.
Beberapa menit menunggu, akhirnya Ayu memutuskan untuk berjalan kaki menuju tempat ramai akan kendaraan berlalu-lalang. Berharap semoga saja ada taxi melintas, tubuhnya sedikit melemas, bibirnya tampak pucat. Ayu mulai berjalan linglung kepalanya terasa berat.
“Hmm,, taxinya mana yah. kok nggak nongol-nongol, udah sore lagi” gumam Ayu dalam hati melirik setiap arah jalan.
“Sakit ?” Tanya seseorang yang sedari tadi memperhatikan Ayu hingga ke ujung jalan.
Dengan melemas Ayu menjawab. “lumayan berat” kata Ayu memegang kepalanya. “sebelumnya pernah kenal ?”
“Oww iya, kenalin gua Juan” mengulurkan tangannya
“Gua Ayu, kayaknya gua pernah liat.” kata Ayu sedikit familiar melihat seseorang yang berada disampingnya.
“Idihh muka gua pasaran banget yah..”
“Kalo diliat udah kuliah yah ?”
“Iyap, kayak peramal aja.”
“Gua duluan yah. Salam kenal” kata Ayu melihat taxi melintas di hadapannya dan segera melambaikan tangan meninggalkan Juan sendirian, lebih tepatnya orang yang baru ia kenal.
“See You, hati-hati” kata Juan ketika Ayu hendak menaiki taxi dengan seri nomor 326. Terlihat keakraban diantara Juan dan Ayu.
Perkenalan singkatnya dengan Ayu, memberikan sedikit rasa penasaran Bagi Juan. Berharap ia bisa berjumpa lagi dengan sosok remaja SMA berkulit putih itu namun tetap tampak natural sesuai dengan umurnya. Sekilas Juan tertarik juga pada  kepribadian Ayu yang bisa membuatnya begitu enjoy berbicara dengan orang baru.
“Namanya Ayu, yah sesuailah dengan kepribadiannya..” batin Juan.


******

Tidak ada komentar:

Posting Komentar