Senin, 04 Januari 2016

Kesan Pertama (3)


Terlihat Ayu sedang merebahkan tubuhnya di antara bantal dan guling sambil mengotak atik beberapa foto dari camera miliknya. Foto yang diambil Ayu saat menjelajahi Bukit Bintang. Satu per satu Ayu melihat foto itu dan menemukan beberapa foto Iyan yang begitu konyol. Satu lagi Ia juga menemukan foto dirinya bersama Rio begitu dekat berdiri disampingnya.
“Nih foto Iyan kan, Lucu banget.” kata Ayu melihat foto Iyan nampak begitu konyol dengan ekspresi senyum begitu lebar dengan mata tertutup berhiaskan bunga mawar disamping kanan telinganya  membuat Ayu tertawa sendiri. “Hahahahaha, Dasar Iyan.”
 Dari arah belakang pintu terdengar langkah kaki menuju  kamar Ayu, Sseorang perempuan berdiri dibalik pintu yang usianya terpaut tiga tahun lebih tua dari Ayu
“Ayu, Buka Pintunya. Yuk Makan udah ditungguin tuh...” kata Mbak Rena mengetuk pintu beberapa kali.
Ayu bangkit dari tempat tidur.“Oww, Tunggu Mbak” membuka pintu kamar. “Aku sudah makan kok, jadi Mbak sama Mama makan aja.”
“Oww, Kalo gitu kamu istirahat aja. Baru pulang mendaki kan.” kata Mbak Rena tersenyum tipis
Ayu melongos. “Kok Mbak tahu sih, pasti Mama yah ngasih tau”
“Iya, kalo gitu Mbak ke bawah dulu.” kata Mbak Rena meninggalkan Ayu yang masih berdiri di depan pintu.
            Ayu menutup pintu kamar dan kembali merebahkan tubuhnya  mengarahkan pandangan ke langit-langit kamar, melirik beberapa poster beserta foto yang terpanjang disela-sela dinding hingga membuatnya teringat tentang sesuatu.  Ayu kemudian bangkit mengambil sesuatu yang terdapat di laci meja, sebuah kotak Hitam polos berisi Gelang berbentuk simpul persis simpul dalam Pramuka. Kotak yang disimpannya satahun lalu, merupakan hadiah yang diberikan seseorang saat Ayu berulang tahun ke-17. Dipegangnya gelang itu seketika membuatnya meneteskan air mata, sebuah kalimat dalam kotak  itu terselipkan lembaran kecil bertuliskan “Happy Birthday Mogu ku, Maaf yah kalo kadonya jelek soalnya buatan sendiri. Semoga Suka J
Hadiah sederhana hanya sebuah simpul Gelang namun sangat berharga sekaligus menjadi penyesalan mendalam bagi Ayu. Entah apa yang menggerakan hatinya untuk membuka kotak yang sekian lama disimpannya, Sejuta kenangan seakan tersirat dan sekeping penyesalan tersimpan.
Dari samping kotak, terdengar bunyi ponsel milik Ayu namun bukan sebuah panggilan atau pun sms untuknya melaikan sebuah Pesan Singkat yang dikirim Oleh Rio melalui Blackbarry Masenggernya. Melihat Nama yang tertera Rio Dewata Putra di layar ponsel membuatnya begitu terkejut.
“ Ayu, lagi sibuk yah.. ” pesan singkat yang dikirim oleh Rio.
Ayu sedikit tertegun melihatnya, kemudian membalas pesan singkat pertama Rio.
“ Ow iya nggak kok, ada apa ? ”
Rio kemudian mengetik kata demi kata hingga dirinya mengirimkan sebuah pesan. “ Udah makan belum ? temen yang baik kan harus selalu ngingetin temannya untuk makan J
Spontan saat Ayu membaca pesan Rio yang masuk membuatnya tersenyum sendiri kemudian membalasnya. “Belum, Tapi kan temen yang baik nggak sampe segitunya juga.”
Pesan yang dikirim Ayu dengan cepat dibalas oleh Rio. “ Kok belum makan, lagi dieat yah. Harusnya temen yang baik itu kaya gitu.”
“Haha bisa aja. Nggak kok..”
Ayu kemudian membalas setiap pesan yang dikirim oleh Rio melalui BlackBarry Messengger hingga akhirnya pesan yang dikirim Rio sekitar pukul 21.02 tak di read lagi oleh Ayu, Obrolan diantara keduanya pun terputus. Ayu yang telah terlelap dalam tidur nampaknya begitu lelah setelah menghabiskan waktu seharian berpetualang dengan teman-temannya.
***
Jarum jam terus berputar melewatkan setiap menit dan detik, sunyi menanti dalam harap. Hempasan sebuah buku ke atas meja menanti setiap deringan dari ponsel. Gelisah yang nampak dari raut wajah Rio kini tak tertahankan, begitu jelas terpancar.
“Apa mungkin Ayu sudah tidur yah ?” kata Rio dalam hati melirik jam dinding terpajang diantara lukisan-lukisan indah buatannya.
Begitu banyak pertanyaan yang mengisi pikirannya entah apa dan mengapa Rio memikirkan Ayu, masih merupakan tanda tanya besar dalam otaknya. Sesekali Rio melirik kembali ponselnnya, melihat pesan yang tak terbalaskan lagi.
“Hmmm, teman yang aneh penuh dengan keunikan. Tapi mengapa harus Ayu ? disaat semua kenangan lama telah terkubur bersama Rira kenapa muncul bayangan sepertinya. Setiap sikap dan tingkahnya persis dengan Rira namun Ayu sosok yang berbeda. Apakah mungkin perasaan ini belum mati ? Entahlah..” kata Rio dalam hati mengingat semuanya, kenangan bersama Rira setahun lalu belum begitu hilang dalam pikirannya.
Banyak hal yang membuat Rio tak bisa melupakan Rira, perkenalan pertama yang tak pernah diduga dan berkesan begitu unik, saat dirinya bertemu di salah satu toko buku yang ternyata merupakan seniornya di salah satu kelas privat lukis. Awalnya mereka saling mengenal tapi tak begitu akrab. Semenjak kejadian tersebut perjumpaan diantara mereka berdua berlanjut dan akhirnya Rio memutuskan untuk menjalin sebuah hubungan dengan seniornya yang berjalan begitu lama hingga Rira memutskan untuk mereka berdua tidak berhubungan lagi, keputusan Rira tanpa alasan membuat Rio begitu kecewa. Bagi Rio semua kenangan bersama Rira terlalu dalam untuk bisa hilang dari otaknya. sampai sekarang pun Rio masih menikmati kesendiriaanya dalam bayang-bayang seniornya.

***

“Ayu, Mau kemana ? pagi bener keluarnya, Bukannya ini hari libur..” kata Mbak Rena sambil memangkas dan menyiram beberapa bunga di halaman depan.
Ayu kemudian tersenyum tipis. “Biasa Mbak lari pagi dulu biar sehat walaupun libur harus tetap jaga kesehatan dengan berolahraga.” Mengikat kedua tali sepatunya.
Mbak Rena tersenyum manis sambil menggelengkan kepalanya dan memperhatikan penampilan Ayu pagi itu yang mengenakan celana khusus olahraga dengan baju kaos putih bergambar Paris berbalutkan Handuk di lehernya. “Oww mau lari pagi toh, Tumben biasanya molor di kamar sampe siang, satu lagi kok lari pagi sembil bawa camera sih. Mbak aneh ngeliatnya…”
Ayu tertawa terbahak-bahak. “Hahaha Mbak ketinggalan nih, inikan tren 2015 gitu. Satu lagi sebenarnya adik kakak ini bukannya males bangun kalo hari libur cuman lebih nyaman stay di kamar sambil guling-guling dengan bantal.” Beranjak berdiri dan meninggalkan Mbak Rena yang masih sibuk memangkas beberapa bunga.
“Kalo gitu Ayu berangkat yah Mbak, Bye selamat beraktifitas. Jangan lupa nyiapin sarapan yah..” kata Ayu tersenyum kepada Mbak Rena dengan nada mengejek.
“Huftt dasar, adik durhaka…”  kata Mbak Rena tersenyum sambil bergumel sendiri.
Setengah jam megitari pusat kota membuat Ayu sedikit ngosngosan dan memilih untuk sejenak duduk disalah satu taman, muka Ayu tampak begitu lelah dengan cucuran keringat menetes dari keningnya. dari arah belakang terlihat seseorang menghampirinya dan memberikan sebotol air mineral, sontak membuat Ayu menoleh ke belakang dan ternyata itu adalah Rio yang juga menghabiskan paginya mengitari pusat kota.
“Ahh, lu kok ada disini ?”
“Yahh cari udara seger, kenapa ada yang salah ?”
“Oww gitu nggak, aneh aja”
“Aneh ?, maksudnya ? Tanya Rio mengerutkan keningnya.
“Oww nggak kok, kalo gitu gua duluan yah.” kata Ayu bangkit dari tempat duduknya. “ Ehhh hampir lupa thanks yah Minumannya, Selamat menikmati udara segar..”
Rio melongos sendiri. “Ha’..  Oww iya sama-sama” Menatap Ayu yang berlalu meninggalkannya. “Hati-hati di jalan” kata Rio kemudian termenung sendiri diantara rumput-rumput dan dedaunan kering yang jatuh di sekitaran taman. Seolah meriview kembali ingatannya.
Sikap Ayu barusan kembali menginggatkan Rio pada Rira sosok unik namun menarik. Menarik untuk bisa membuatnya merasa nyaman dan merasa berbeda  yang terakhir kali Rio rasakan saat bersama Rira. Terkadang  pandangan pertama dan cinta pertama memang sangat sulit untuk dilupakan bahkan hidup diantara sela-sela hati dan pikiran. Namun satu hal yang membuat Rio sadar bahwa cinta pertama sangat sulit untuk dilupakan tetapi cinta selanjutnya akan sulit untuk dilepaskan, begitulah yang ia rasakan sekarang dengan Ayu.  Meskipun Ia tak tahu rasa apa yang menghampirinya, Cinta atau sekedar teman biasa ? tapi baginya bagaimana memulai hubungan baru tanpa hidup lagi dalam bayangan yang sekian lama terperangkap.
Dari kejauhan Ika dan Hendra melihat seseorang persis Rio yang termenung sendiri di Taman, dihampirinya orang itu ternayata Pangeran lukis, penobatan secara tidak resmi oleh penggemar labil Rio. Sempat membuat Rio menjadi tranding topic terupdate dengan penggemar kebanyakan ABG labil alias fans fanatic dari adik kelas.  
“Wetss ngapain nih Pangeran Lukis kita termenung disini ? kata Hendra menepuk pundak Rio.
“Ahh lu mulai lagi, nggak kok. Lagi nikmetin udara seger nih.”
“Oww gitu, tapi lu kaya orang kesambet sih. Bengong sendiri.” Kata Ika
Rio tertawa kecil “Haha nggak kok..” kemudian sedikit heran melihat Hendra dan Ika. “Lu berdua kok bisa disini ? tadi gua juga ketemu Ayu disini. Lu nggak barengan atau emang nggak janjian ?”
Ika melirik kearah Hendra menandakan sebuah kode untuk jawaban dari pertanyaan Rio membuat keduanya semakin kaku di hadapan Rio.
“Oww kalo soal barengan sama Hendra nggak, tadi ketemu dijalan. Jadi Ayu tadi kesini yah trus dia kemana sekarang ?” sontak terdengar suara dari Ika
“Udah pergi” kata Rio polos
“Apa ?”
“Iya, yah sekitaran 10 menit yang lalu..”
“Aduhh, gawat nih bisa disemprot lagi sama Ayu.” kata Ika sedikit panik.
“Serius ? emang tadi  janjian sama Ayu yah…” kata Hendra sedikit heran.
“Iya, kalo gitu gua duluan yah..”
Rio nampak melirik Hendra kemudian mengangkat kedua alisnya, lalu bergegas pergi.

                                                                        ***

“Lu sekarang dimana ?” tanya Ika sedikit gelisah, setelah Ayu baru mengangkat telephone darinya. Nampak Ika berdiri di trotoar jalan mengenakan pakaian bergaris dengan celana hitam olahraga pas dengan ukuran badannya.
“Ha’ gua udah ada di depan rumah, emang kenapa ?” kata Ayu heran, berada lima langkah dari pintu Gerbang Rumahnya
“Lu kok nggak telephone gua sih, kalo mau lari pagi gitu..” dumel Ika
“Oww itu, kebetulan gua bangun pagi. jadi daripada di rumah nyiram bunga, gua cari udara segar..”
“Haha.. dasar lu pinter aja ngelesnya bilang aja kalo nggak mau ajak gua soalnya ketemu sama Rio…”
“Ha’ Rio.. maksud lu apaan ? mau ngajak ribut yah” kata Ayu, seketika mukanya memerah mendengar ucapan Ika barusan.
“Haha.. bukannya mau ajak ribut tapi gua tadi ketemu Rio, katanya lu barengan gitu”
“Apa ? lu ketemu dia, trus dia bilang apa sama lu ?” 
“Bilang apa yah.. gua nggak inget lagi tuh..” kata Ika mencoba memancing kemarahan Ayu, membayangkan wajah sahabatnya tiba-tiba berubah menjadi kemerahan, persis monster dalam film Ben 10.
“Ngeselin banget sih..Masa lu nggak inget kan lu belum pikun ” Emosi Ayu mulai terpancing, mukanya semakin memerah ditambah lagi sinaran matahari pagi menambah emosinya kian meledak.
“Tapi, tiba-tiba aja denger nama Rio gua langsung pikun. Haha kalo gitu gua tutup telephonenya yah..” kata Ika dengan santai
“Ehh lu jelasin dulu jangan main tutup telephone gitu..”
“Trus gua mau jelasin apa.. Bye sampai ketemu di awal masuk sekolah yah Moguku. Haha…” Ika kemudian memutuskan telephonenya dengan Ayu.
Belum sempat Ayu mengucapkan sepatah kata pun, dengan seenaknya Ika memutuskan telephone ditambah lagi kata terakhir diucapkan Ika kian menambah emosinya untuk meledak “Moguku”. Kata yang dilihat Ika saat melihat selembaran surat dari Yogi untuknya.
“Huftt.. dasar Ika ngeselin banget. Awas aja kalo masuk sekolah, gua sumpet mulutnya pake pulpen.”  Dumel Ayu dalam hati memasukkan kembali ponselnya kedalam kantong celananya. Kemudian bergegas masuk ke dalam rumah.
“Kok pulangnya cepet banget..” . kata Mbak Rena stay menonton acara TV favoritenya setiap weekend, tampak beberapa olahan kue dan jus yang berada di sampingnya.
“Udah capek Mbak..” kata Ayu singkat. Wajahnya masih tampak memerah namun emosinya mulai meredah.
“Oww ini, Mbak udah buatin jus loh.. diminum yah..”
“Mbak minum aja sendiri.” kata  Ayu cuek tanpa melirik sedikitpun kearah Mbak Rena, kemudian beranjak naik ke kamarnya.
“Kenapa sih tuh anak, tadi semangat banget. Ehh sekarang tiba-tiba ngambek nggak jelas gitu.. dasar ABG labil.” kata Mbak Rena dalam hati. Melanjutkan menonton acara favoritenya.


***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar