Senin, 04 Januari 2016

Teka- Teki di Puncak Bukit (2)


“Yang lain pada kemana nih, Udah datang belum ? bisa telat nih kalo gini.” kata Iyan tampak gelisah melirik jam yang melekat di tangannya.
“Katanya udah di Jalan  Yan, tunggu sepuluh menit lagi kata Ime ” kata Bian yang berdiri disampingnya.
“Oww gitu terus Ika, Ayu, udah datang belum ? soalnya gua BBM gak di bales..”
“Mungkin dia juga lagi di jalan, tuunggu aja.”
Beberapa menit kemudian Ime datang berselang itu Ayu dan Ika pun juga datang. Semua persiapan telah disiapkan termasuk bekal seadaanya sesuai apa yang dikatakan Iyan hanya membawa makanan secukupnya.
“Sekarang semuanya udah lengkap kan ?”kata Iyan
“Iya, tapi Iyan kita mau kemana ? apa nggak sekalian kita camp aja ?” kata Rio merapikan tasnya.
“Udah ikut gua aja, gak usah banyak cerita entar juga lu tau kok” kata Iyan mempererat tali sepatunya. “Kalo untuk camp kayanya nggak dulu deh, soalnya belum tahu pasti kondisinya memungkinkan  buat camp atau nggak...”
“Oow gitu, yaudah tunggu apa lagi!” kata Rio kemudian bergegas berdiri.

***

Setelah hampir 3 jam lebih menempuh perjalanan akhirnya mereka sampai disalah satu tempat yang berada di kawsan Bandung yaitu Bukit Bintang. Pesona Bukit ini cukup indah untuk dipandang mata dengan kesan alami nan sejuk membuat Iyan dan teman-temannya terkesima.
“Waw..Ternyata tempat yang lu maksud ini yah Iyan...” kata Ayu, tak hentinya mengedipkan mata melihat pesona bukit dan membayangkan dirinya akan berada di atas Bukit itu.
“Iya, nih yang gua maksud. Gimana lu mau naik nggak ?” kata Iyan menunjuk kearah Bukit.
“Iya pasti dong, udah capek-capek kesini masa nggak naik.” tanggap Bian mendengar keduanya.
Tere mengerutkan keningnya. “Tapi Iyan mah rese, nggak ngasih tau kalo pengen ke Bandung. Kalo tau gini kan kita bisa ke rumah nenek gua dulu. Nggak jauh kok dari sini.!”
Bian melongos. “Emang lo punya keluarga disini ? Kirain nggak punya..” sedikit tertawa. “Hehehe Sorry Ree, Bercanda kok!”
Mencubit lengan Bian.“Ihh Bian, ngesalin banget sih lu.” kembali mengerutkan keningnya. “Lu aja yang nggak tahu, dasar bisanya bikin naik darah doang.” kata Tere
“Sudahlah, ngapain berantem disini. Masalah kecil doang kok diperbesar.” kata  Iyan memotong pembicaraan.
“Iya, Iyan betul tuh.” Tambah Rio.“ Sekarang kita bagi regu jalan deh biar cepet sampai tapi pasangannya cowo cewe, takutnya kalo cewe jalannya sama cewe nggak ada yang bisa antisipaasi kalo ada apa-apa. Gimana setuju ?”
“Hmm, boleh juga tuh saran Rio. Setuju!” kata Iyan
“Iya setuju...” di ikuti oleh semuanya
“Okk. gimana kalo Ika berengan sama Hendra, Gua barengan sama Ime, Bian, Eko barengan sama Tere dan lu Ayu barengan sama Rio.” kata Iyan.
Tere nampak Memalinkan wajahnya. “Iyan, kok gua barengan sama Bian sih, gua sama lu aja deh!” berdiri disamping Iyan. “Gua nggak mau jalan bareng sama dia” menunjuk ke arah Bian.
Iyan tampak heran.”Kok gitu sih Ree, nggak apa-apa kok lu barengan aja sama Bian. Lagian kita berengan juga kok naiknya, Cuman bedanya ada yang jalan di depan dan ada yang di belakang. Ok!
“Ya udah deh,...” Kata Tere pasrah.
“Okk, Ayo jalan!”Kata Rio mulai berjalan ke depan.
Perjalanan untuk mendaki dimulai, Semua menikmati perjalanan yang penuh dengan lika-liku dan membutuhkan tenaga ekstra untuk melewatinya. Berbagai rintangan pun harus  dilewati berupa dan tanjakan dan jurang yang begitu tajam.
“Udaranya dingin banget yah Ayu...”Kata Rio mengusap-usap lengannya.
Ayu mengangguk. “Iya, lumayan lah...”mengusap kedua lengannya. “Baru pertama kali yah lu mendaki kaya gini ?”
“Hmm nggak juga sih, dulu pernah ikut mendaki sekitar dua tahun yang lalu bareng teman SMP gitu...”
Ayu kembali mengangguk“Oww gitu, seru dong!”dan memotret beberapa pohon yang cukup lebat dibaluti kabut  
“Yahh lumayan”Tersenyum tipis.  “Sejak kapan suka dunia Motret kaya sekarang Yuu ? gua dengar dari temen-temen lu jago banget yah soal ginian.”
Ayu Melongos sedikit heran mendengar pertanyaan Rio. “Ha’sejak SMP. Nggak biasa aja, cuman sekedar Hobi kok...”denagn nafas yang sedikit ngos-ngosan.
“Oww gitu, tapi cepretan lu keren kok” menaikkan kedua jempolnya. “Kayaknya lu haus yah..”Kata Rio menyodorkan sebotol air dari rannya
“Ahh nggak kok, Makasih gua punya sendiri. ”mengabil sebotol air dari ranselnya. “Gua ke depan dulu yah ke Iyan ada yang pengen gua tanyain, gua balik lagi kok tenang aja. Teman yang baik nggak akan ninggalin temannya kan..” memasukkan kembali air ke dalam ranselnya dan tersenyum lebar kepada Rio.
“Ohh iya, Temen yang baik nggak akan ninggalin temennya.”kata Rio mengulang kembali perkataan Ayu dan sekarang berada cukup jauh darinya. “kalimat unik untuk cewek yang unik” Kata Rio dalam hati.
Setengah perjalan telah dilalui, sedikit lagi  puncak Bukit Bintang akan diraih meskipun matahari sudah nampak begitu terik namun setidaknya kabut cukup bersahabat untuk menghalangi teriknya matahari dengan suhu yang agak dingin. Mereka semua sejenak beristirahat diantara deretan pohon-pohon dihiasi beberapa rumput liar yang tumbuh dibawahnya. Terlihat Iyan asyik mengabadikan momen ini dan mensharenya melalui akun Path pribadinya.
“Halo Guys, kita lagi ada di Bukit Bintang meskipun belum sampai dipuncaknya Sih, But this was anamazing experience and maybe an unforgettable adventure with them.” mengarahkan cameranya kepada mereka semua.
Rio menggelengkan kepalanya.“Dasar Iyan kurang kerjaan banget sih..” sedikit tertawa
***
Ayu yang telah berdiri diatas puncak Bukit Bintang segera  menghempaskan tangannya selebar mungkin menghirup desah tiupan angin dan memejamkan matanya seraya berteriak  “Akhirnya gua juga bisa berdiri di atas bukit ini, bukit yang berada diantara bangunan-bangunan kota yang berdiri menjadi pelengkap keindahan.”secara perlahan Ayu membuka matanya kemudian mengambil salah satu barang yang berada di ranselnya, Yah sebuah camera lengkap dengan Lensa dan Tripot untuk mengabadikan momen terindah dalam hidupnya.
Dari arah belakang terlihat seseorang menghampirinya. “Lagi nentuin Objek buat di  potret yah...” berdiri di samping Ayu. “Objek yang menarik untuk di potret, bangunan tinggi menjulang dari arah bukit Romantis ini..” Kata Rio menunjuk salah satu bangunan persis berada dihadapan mereka.
Ayu kemudian menoleh. “Ha iya, kok lu bisa ada disini ? gak ikut gabung dengan yang lain ?...” menetukan titik fokus objek. “Maksud lu barusan apa, Bukit Romantis ?” tanya Ayu
Rio memandang ke arah bangunan yang menjulang itu. “Kayaknya disini lebih nyaman ketimbang harus berada bersama mereka, sebagai teman yang baik harusnya begitu kan” Menoleh kearah Iyan dan rombongan yang lain. “Lu tahu nggak sedikit cerita tentang bukit ini ?  bukit ini merupakan bukit teromantis di Bandung. Orang-orang disini atau para pendaki yang mendaki disini sering menyebutnya Bukit romantis karena bukit ini memberikan keistimewaan tersendiri, apalagi jika momentnya pas dengan hari Valentine. Banyak Turis yang kesini untuk menikmati malam bersama pasangan mereka. Kalo lu berkunjung disini dan bisa sempet ngeliat bukit ini pada malam hari bisa jadi lu nggak akan tidur sampe pagi karena nggak ingin nyia-nyiain  semenitpun untuk sesuatu yang sangat indah.”
Ayu menoleh kearah Rio. “tapi teman yang baik nggak akan menyia-nyiakan waktunya  bersama temannya.” Menghela nafas panjang dalam-dalam. “Jadi bukit ini, dinamakan bukit romantis. Gua baru tahu sekarang!, berarti lu banyak tahu tentang bukit ini ?”
Rio sejenak memjamkan matanya. “Nggak juga, satu lagi bukit ini penuh teka-teki keajaiban dan mungkin lu akan menyadarinya ketika lu pulang dari bukit ini.”
Ayu melongos. “Maksud lu ? gua nggak ngerti!”
Dari arah kejauhan terlihat lambaian tangan Iyan. “Heii, Ayu Rio. Lu kesini buruan!”suara samar namun masih bisa ditelah oleh Ayu dan Rio sebagai Isyarat dirinya untuk kesana. Mereka berdua berjalan dan menghampiri Iyan beserta teman yang lainnya. 
“Ada apa Iyan ? kayaknya penting gitu ?” Tanya Ayu heran
“Iya penting banget, masa lu nggak mau abadiin momen ini. Maksud gua kita foto bareng gitu”mengatur posisi dan menentukan tempat yang pas untuk mengabadikan kebersamaan mereka.
Ayu mengangguk. “Oww gitu, kirain apaan. Kalo gitu biar gua yang foto kalian”
“Kok gitu, Lu juga harus ikut. Kan kita bisa minta tolong orang buat foto kita jadi semuanya bisa ikut” menarik tangan Ayu untuk ikut bersama. “Ayo buruan kesini”
Ayu pun tak bisa mengelak dan harus mengikuti kemauan sahabatnya. Foto demi foto telah termuat di dalam memory card penyimpangan. Giliran Rio yang menarik tangan Ayu secara tiba-tiba dan meminta Iyan memegang Camera.
Ayu berusaha melepas genggaman Rio dengan tatapan heran. “Ada apa ?”
Rio melepaskan genggaman tangannya .“Gua punya permintaan, sebagai teman yang baik lu harus nurut. Gua pengen foto bareng lu.” tersenyum tipis. “Iyan, tolong dong fotoin kita berdua”
Ayu menatap heran. “Ha’ lu aneh. Sebagai temen yang baik emang harus gitu…”
“Iya, Iyan yang keren yah...” kata Rio mengangkat alisnya.
“Sip beres, udah nih. Keren kok!” kata Iyan sedikit heran dan mengangkat jempolnya.
Tere mendekat “Gua perhatiin dari kemarin lu akrab banget yah...” menepuk pundak Rio dan Ayu. “Tapi cocok kok” tersenyum tipis
Ayu melongos. “Ha’nggak, sebagai temen kan emang kaya gitu.” merapikan syalnya berbalut wol berwarna merah.
Tere menganggukkan kepalanya. “Oww gitu, Anyway kita Istirahat yuk!. Gua lihat disebelah sana ada rumah setidaknya bisa rebahan dikit.” mengangkat kedua alisnya.
Iyan melirik kearah salah satu rumah yang berjejer diantara pohoh-pohon yang begitu rindang. “ Hmm, kayaknya lu betul juga Ree. Gua juga udah pegel nih pengen rebahan gitu.”
***

Secangkir susu coklat hangat berada di atas meja tak sedikitpun tersentuh. Entah apa yang dipikirkan pemilik susu coklat itu, arah pandangan dan pikirannya tertuju pada gedung-gedung yang nampak dari kejauhan sedikit samar dibaluti kabut. Mengingat kembali kata-kata itu, kata teka-teki keajaiban. Begitu penat untuk mecernanya hingga memutuskan untuk mendengar beberapa melodi lagu dalam MP3 miliknya. Kekacauan yang berada di dalam rumah tidak membuatnya merasa terusik, menikmati alunan lagu dengan nuansa sejuk dan damai
“Yuu, kok bengong sih!.  susunya nggak diminum tuh ?” kata Ika menghampirinya melirik secangkir susu coklat yang berada di meja.
Ayu menengok ke arah belakang. “Oww itu, kayaknya masih panas” kata Ayu ringan. “Nggak mungkin kan gua minum, bisa melepuh nih mulut gua.”
“Oww gitu, Ayu ada yang pengen gua omongin tapi lu nggak akan marah kan. ?” kata Ika sedikit pelan.
“ Nggak kok, ngomong aja.. ”
“ Gua pengen ngasih tahu kalo gua sama Hendra udah jadian pas malem tahun baru kemarin, dia nyatain perasaannya trus gua terima. Maaf yah gua nggak ngasih tahu lu kemaren soalnya nggak sempet, maaf juga yah nggak bisa jemput lu pas tahun baru kemarin. Gua ngerasa nggak enak ke lu... ” kata Ika menjelaskan semanya
Ayu sedikit terkejut “ Ha’ serius lu jadian sama makhluk astral itu!, Ups maksud gua Hendra. gua nggak nyangka. Berarti waktu Hendra jemput lu, udah PDKT yahh ” sedikit tertawa. “Soal yang kemarin itu gak apa-apa kok, kebetulan kemarin gua juga dijemput sama Rio.”
Giliran Ika yang terkejut. “Apa ? lu dijemput sama manusia cuek itu!. Kok lu baru cerita sih?” berdiri di hadapan Ayu. “Pantesan aja lu bisa barengan, tau-taunya bener apa kata Rio lu udah janjian duluan...”
“Iya, sama kaya lu nggak sempet cerita ”kata Ayu cengengesan.
“ Yaa, satu sama dong kalo gitu!.  Anyway kedekatan lu dengan Rio apa ada hubungan melebihi temen ? kata Ika penasaran.
Ayu tertawa. “ Kedekatan gua sama Rio biasa aja!, Yahh sebatas teman lah gak lebih. Menurut lu gua ada apa-apa gitu.”
Ika tersenyum lebar “Yahh gua kira lu ada hubungan gitu, tapi ini bukan karena lu nggak bisa move on sama Yogi kan..” sedikit mengejek.
“Ahh, kok malah bahas Yogi sih. Bukannya gua nggak bisa move on tapi lu taukan gua tuh ngerasa bersalah banget sama dia, apalagi sama Rira sepupu gua sendiri. Pokoknya itu merupakan kesalahan terbesar gua, Ngerusak hubungan orang. Gua jahat banget kan.” kata Ayu dengan mata berbinar.“ Satu lagi itu alasan gua kenapa sampai sekarang nggak pengen pacaran dulu.”
Ika menepuk pundak Ayu. “Gua ngerti kok, kan lu udah cerita. Maaf yah..” mendekap Ayu yang berada disampingnya.“ Kok gua bego banget sih ngebuat sahabat gua sendiri hampir nangis kaya gini. Maaf yah Ayu nggak maksud kok.”
“Oww iya nggak apa-apa, gua aja yang cengeng.”
“Yah udah, kita masuk yuk.. udaranya makin dingin nih. Lagian yang lain udah mulai bergegas untuk balik nih” kata Ika mempererat syalnya.
Ayu melirik ke Arah Ika “Nggak, gua masih pengen disini lu masuk aja duluan nanti gua nyusul.”
Ika menganggukan kepalanya. “Hmm, yaudah tapi jangan kelamaan yah.”melangkahkan kakinya. “Etss satu lagi tuh susu jangan lupa diminum!.”
“Okk, Sip Bu Hendra cerewet..” kata Ayu tersenyum lebar

****


Tidak ada komentar:

Posting Komentar